Friday, December 21, 2018

Cerita Senja


"Aku ingin berduka. Kemudian dukaku kan bersemayam dibalik cahaya Semesta, berdasar pada senja kejinggaan, pada langit kemerah-merahan hampir keunguan. Bertekuk lutut dihadapan bumi pertiwi bak anak yang hampir mati, sekarat. Jiwaku tumbang. Ya. Menumpuk segala lara dalam benak.
'Ah, dasar jalang. Baru segitu kau sudah merengek! Dasar brengsek!'. Sahut seorang tua keladi dibalik pintu bar. Ditangan kanannya sebatang rokok kretek, ditangan kirinya dipegang whisky bekas ia pungut dari tong sampah.

Benar katanya. Baru segini saja aku sudah sekarat ingin mati saja. Lupa kalau dibawah naungan cahaya Semesta kejinggan itu ada gang-gang kehidupan penuh dengan kepolosan hidup. Hidup yang tidak hanya berwarna jingga. Sejauh waktu berlalu, aku terus saja bersimpuh tanpa menoleh ke atas juga ke bawah. Aku berada pada pusaraku saja. Lupa kalau aku bukan hidup pada diriku saja. Kalau-kalau, manusia dibumi tak hanya aku. 

Jejak-jejak dalam sisa perjalanan panjang terus bergeming, dan senja menjadi persinggahan paling syahdu. Kedamaian muskil untuk didapat tanpa menenggelamkan diri pada diri. Membiarkannya menguap saja ke angakasa luas. Sakit yang bertubi-tubi mungkin hanya sejengkal cara Tuhan menyiapkan diri pada bingkisan indah, diberikan pada waktu yang tepat. Kata si Pak Tua itu aku jalang, yang brengsek pula sebab mudah mengeluh dengan sayatan yang Tuhan gariskan. Jalang yang tak tahu arah jalan pulang selain bersimpuh pada kaki bumi pertiwi, mengais-ais meminta belas kasihan. Pantas atau tidak bukanlah manusia bumi yang sepatutnya menentukan. Barangkali jalang juga mendapatkan tempat yang rindang meski bukan di Sorga. Barangkali duka hanya sebatas duka saja. Dan bahagia akan seluas jagat raya."

Friday, December 14, 2018

Jeda

Kalau suatu hari kau tenggelam dalam tumpukkan rasa gundah yang melenyapkan kehidupanmu, baiknya berhenti dulu sejenak. Kau tidak perlu lari atau menghilang. Cukup berhenti dulu. Perjalanan ini begitu panjang dan melelahkan. Panas terik terus menyengat diri tiap kali melangkahkan kaki satu persatu. Hujan badai mampu memporak-porandakan ditengah kekalutan tiada akhir. Juga rintik-rintik sisa hujan membasahi langkah kecil pun besar yang kan kau ambil. 

Hidup penuh dengan pilihan. Baik buruk benar salah. Jatuh bangun. 

Tidak ada satu hal pun yang tidak membuat hati menjadi goyah. Kemudian sesekali patah menjadi teman baik disetiap perjalan. Menjadikannya pelajaran-pelajaran berharga. Pelajaran yang mampu mendewasakan segala pikir juga tindakan. Tidak perlu lari. Diam saja dulu sejenak. Kalau persimpangan jalan itu masih ada, aku akan datang untuk sekedar mendekapmu hangat. Memberikan ketenangan yang katanya selalu kau rindukan. Menimang-nimang gundah, menjadikannya lebur bersamaan dengan jingga kemerah-merahan diujung senja. 

Jiwa terus saja tumbuh seiring dengan perjalanan waktu. Kalau kau terjerambab, kau akan tumbuh menjadi hal-hal baik. Iya. Baik kalau kau berpegang pada hal-hal baik. Selain pilihan, Tuhan memberikan garisnya sendiri. Sebelum kau menjadi kau yang terlahir di Bumi. Teruslah menjadi baik. Teruslah bertumbuh menjadi kebaikan. Kalau suatu hari kau disalahkan sebab pilihan yang mungkin juga sudah digariskan Tuhan dalam kehidupanmu, tutuplah mata dan telingamu. Cukup diam resapi tiap jengkal kehidupan. Cukup berhenti sejenak. Mengambil nafas untuk menangkan segala pikir. Semua ini bukan salahmu. Teruslah berbuat baik. Menjadi terang diantara gelap jalanmu. Menjadi pelipur lara bagi hidupnu sendiri. Sebab.. tiada kalimat tanpa titik, tiada tujuan tanpa akhir. Sebab.. hidup tetaplah hidup.

Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...