Sunday, January 27, 2019

Tumbuh Dari Luka

Luka. Satu kata yang siapapun enggan untuk merasakannya. Penderitaan sebab luka ialah yang paling pahit. Jika dalam dan menganga, maka kau membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkannya. Jika ia hanya sayatan maka ia kan menutup dengan sendirinya.

Sejak aku dilahirkan Tuhan memberikanku tempat terbaik untuk menempa diri. Membuatku terus menjadi goyah, rapuh. Membawaku terbang tinggi kemudian menjatuhkanku ke lubang paling dalam, hingga banyak sekali luka pada jiwa ini. Jalan yang sudah digariskan terus membawaku pada jalan-jalan lirih. Membuatku terus saja mengasihani diri sendiri. Menangisi diri mengapa terus saja seperti ini. Hingga bahagia ialah sebuah dongeng yang fana.

Pada suatu ketika, ada malaikat datang padaku. Ia mendekap erat tubuhku ketika aku duduk bersimpuh setelah sujud terakhirku, meraung, menangis meratapi hidup yang sudah Tuhan gariskan. Mempertanyakan mengapa Tuhan begitu kejam pada diriku. Lantas aku lupa diri. Bahwa manusia di Bumi bukan hanya aku.  Aku masih ingat dekapan itu begitu lembut dan dalam. Seolah menguatkanku untuk terus bertahan. Bahwa ini hanya sekedar cobaan hidup yang harus dilalui untuk pertumbuhan jiwa, agar bisa memasuki babak selanjutnya.

Seringkali aku lupa bawah perjalanan ini bukan hanya sekedar jalan yang sudah Tuhan gariskan. Melainkan ada jalan yang aku pilih sendiri, berdasarkan dengan yang sudah disuguhkan padaku. Setiap kali memilih, selalu ada pertanyaan, "Apakah pilihanku sudah benar? Apakah suatu saat nanti aku tak akan menyesalinya?". Terus berputar seperti itu. Hingga waktu memberikan jawaban terbaik dari pilihan sudah diambil, dari pertanyaan yang telah terlontarkan.

Waktu.. menjadi sebab bagi pemulihan setiap luka. Ada yang prosesnya cepat, ada yang prosesnya lambat. Semua tergantung dari bagaimana caranya engkau menghadapi luka yang tlah kau dapati dalam perjalanan kehidupan. Buatku, menikmatinya dan menghadapinya adalah cara paling cepat dan tepat untuk memberikan penyembuhan diri. Menikmati setiap ritme sakit sebab penderitaan yang tak berujung. Perih, muka, jengah. Ialah makanan sehari-hari yang harus dihadapi. Mengutuk diri terus menerus dalam setiap kesempatan, memberikan pembenaran bahwa seharusnya begini, seharusnya begitu. Lupa kalau sebetulnya Tuhan pernah berkata, yang kita inginkan belumlah tentu yang kita butuhkan. Lupa kalau sebetulnya Tuhan pernah berkata, bahwa setiap cobaan, luka yang diberikan selalu tidak pernah melampaui kapasitas yang kita miliki. Dalam diri selalu ada kekuatan untuk menghadapinya. Entah datangnya dari mana.. suatu saat kau kan menyadari kekuatan itu.

Apakah dengan tumbuh dari luka, aku menjadi kuat? Jawabannya iya, selama terus berusaha menghadapi. Entah dengah berani, entah dengan berat hati. Selama apapun luka yang kau pendam, sedalam apapun kau menyembunyikannya, nyeri dalam dirimu kan terus berdenyut, menyudutkanmu hingga kau terjatuh lagi dan lagi.. dan kau tak mampu lagi menghadapinya. Kau menjadikannya sebuah bom yang sewaktu-waktu kan meledak, yang kan memporak-porandakan kehidupanmu.
Jadi.. hadapi saja. Nikmati saja lukanya. Kalau kau ingin bahagia, cukuplah ikhlas dengan jalan yang sudah digariskan, cukuplah damai dengan pilihan yang sudah engkau pilih.
Kelak.. kau akan mendapati dirimu terus merasa bersyukur, bahwa Tuhan membuatmu terus tumbuh, dari luka-luka yang kau dapatkan.

Thursday, January 3, 2019

Sajak Kerinduan

Angin.. angin selatan menuju samudera
Tolong sampaikan salam kerinduanku 
Betapa rintih hari yang terlewat 
Basah oleh mata air kerinduan 

Malam.. malam panjang menuju kekekalan
Terangkan malamnya dengan berjuta-juta cahaya bintang di angkasa 
Semesta kan menuntunnya ke jalan yang terang 
Penuh kedamaian 

*

Bagaimana caranya aku membahasakan kerinduanku, duhai kekasih?
Jalan menuju kebencian hanyalah jalan buntu untukku 
Sedang hati terus saja melihat segala kebaikan 
Kebaikan matamu, 
Kebaikan hatimu 
Bagaimana bisa aku menaburkan racun-racun kebencian?

Lantas orang-orang mencaciku 
Katanya aku telah membawamu pada lubang kehancuran 
Katanya aku jahanam 
Katanya 
dan katanya 

Mengapa hal yang mencoreng namaku itu, 
tidak lantas membuatku membencimu?
Mengapa rindu terus saja bersemayam?
Mengapa temu adalah hal yang begitu diagungkan?
Sedang tidak ada lagi jalan menuju kita, wahai engkau 

*

Angin.. angin selatan menuju samudera 
Sampaikan salam kerinduanku 
Tidak ada lagi hari-hari bahagia 
Hanya ada sepenggal harap bahwa diri kembali pada diri 

Malam.. malam menuju kekekalan 
Bertabur bintang di angkasa luas dengan sejuta cahayanya 
Bawalah terang disetiap malam tiap kali ia merasa bimbang 
Cahayanya yang membawa kedamaian 
Kedamaian dalam pelukan semesta


Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...