Monday, December 26, 2022

Kepada Seseorang Yang Ditakdirkan Untukku

Aku menulis ini setelah melewati hari dengan bertemu dengan sahabat-sahabatku. Kami berdiskusi -lebih tepatnya diberikan nasihat, dan konsultasi gratis- mengenai kiat-kiat dalam berumah tangga, parenting dan juga jalan menemui jodoh. Seseorang yang katanya sudah tertulis di dalam suratan takdir masing-masing jiwa.. 

Ketahuilah, pada saat aku menulis ini, aku telah siap membuka hatiku, diriku dan juga hidupku kepada orang baru. Aku mendoakan setiap jalan kita, kau maupun aku, akhirnya sampai pada persimpangan yang sama. Mempertemukan kedua mata yang akhirnya saling menatap satu sama lain. 

Ketahuilah, bahwa aku, telah berusaha memulihkan diriku, batinku, jiwaku, sebab perjalanan panjang dan juga menyakitkan sebelum bertemu denganmu. Aku harus berasa pada situasi dimana mengharuskanku belajar lagi mengenai kehidupan. Bahwa kehidupan ternyata pernah juga membawaku pada jalan yang salah, membuatku menjadi orang yang tidak baik dan melukai banyak orang. Iya, kekasihku. Aku bukanlah orang yang baik. Jadi ku harap nantinya kau akan siap menghadapi kenyataan itu. 

Tapi kekasihku.. aku juga berusaha untuk menjadi manusia yang baik. Setidaknya menjadi manusia yang berhenti melukai kehidupan orang lain. Aku telah berusaha meninggalkannya demi kebaikan banyak orang, termasuk diriku sendiri. Kalau tidak begitu, bagaimana mungkin akhirnya kau dan aku nantinya akan bersama bukan? Haha 

Saat ini aku tidak tau bagaimana rupamu, sifat dan sikapmu, luka dan kehidupan seperti apa yang telah kau jalani. Aku hanya bisa berdoa, bahwa semoga segala hal yang telah kau lewati adalah hal-hal yang membuatmu menjadi manusia yang lebih baik di hari ini, pun di hari-hari seterusnya. Bahwa semua yang berlalu menjadi pelajaran berharga untuk menjalani hari-hari bersamaku nantinya. 

Ketahuilah, aku menunggumu. Aku berdoa disetiap malam sebelum tidur. Disetiap pagi membuka mata, bahwa dirimu yang ada di sisiku setiap harinya. Kau yang belum juga ku ketahui namun terasa dekat dalam hati. 

Ketahuilah, bahwa aku mencintaimu.. sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. 

Datanglah.. aku menunggu hari dimana langkah kita akhirnya bertemu dipersimpangan jalan, yang membuat langkah kita akhirnya beriringan bersama. Melewati waktu-waktu.. hingga rambut kita memutih, dan juga.. nafas kita terhenti.


Tangerang, 26 Desember 2022 00:05

Sunday, July 10, 2022

Kekasihku, Senja

Dear Kekasihku, 

Hari ini aku memberanikan diri untuk melangkah ke depan. Melangkah ke jalan yang tanpamu. Aku menetapkan hatiku untuk teguh berjalan meski ternyata hatiku masih terasa begitu menyesakkan. 

Di jalan yang aku tahu bisa ku lalui meski tanpamu itu, aku berharap segala sesuatunya membaik. Luka yang terlanjur ada, sembuh dengan seiringnya waktu. Bukan hanya untukku. Tapi juga untukmu dan juga untuknya. 


Kekasihku, yang tangisannya masih jelas sekali dalam ingatan, yang suaranya masih nyaring terdengar di telingaku, yang senyum dan tatapannya masih segar dalam memori, aku memberanikan diri untuk melepaskanmu. 

Siapkah kamu juga untuk melepaskanku?

Tidak pernah sedikitpun aku menyesali perjalanan yang telah kita lalui kemarin. Segala pelajaran yang kamu maupun aku dapatkan begitu berharga. Segala luka yang mendewasakan langkah kita. Rasa takut kehilangan. Rasa sepi. Bahagia. Tenang. Damai. Perasaan-perasaan yang kerap hinggap dalam setiap cerita perjalanan kita. 

Kekasihku, kamu masih menjadi terang dan gelap dalam secuil perjalanan hidupku kemarin. Aku menerima segala kenyataan yang ada. Bahwa salahku, kurangku, lebihku, memberi ruang pada diriku untuk belajar bahwa peran antagonis ini telah selesai. 

Aku akan mencari diriku kembali. Mencari diriku yang penuh dengan bahagia, diriku yang telah pulih dan sembuh dari segala luka yang ada. 

Kekasihku, aku mencintaimu. Disetiap waktu dan semesta yang ada. Disetiap kehidupan yang berputar dan berulang. 

Suatu hari, pada suatu kehidupan yang entah berapa lama lagi (mungkin puluhan bahkan ratusan tahun lagi), temukanlah aku. Kita lihat, apakah cinta pada pandangan pertama itu masih berlaku untuk kita dikehidupan selanjutnya nanti?

Wednesday, January 12, 2022

Ketika Kita Bertemu, Lagi

Ketika Kita Bertemu, Lagi

 

Aku : “Setelah aku mengingat dan mengetahui kalau ini bukan pertemuan pertama kita di kehidupan ini, aku jadi berpikir, kok kamu ngga bosen sih ketemu aku lagi aku lagi?”

Kamu : “Ya kamu bosen? Ngga kan? Aku juga. Aku juga ngerasa aneh, waktu pertama kali kita ketemu itu, aku udah ngerasa familiar banget sama kamu. Aku ngerasa kayak udah pernah ketemu sama kamu, tapi aku ngga tahu dimana. Bahkan sebelum ketemu kamu aja, waktu denger nama kamu dari si Bos, setelahnya aku nyari tahu nama kamu di Facebook, di Google buat tahu kamu orangnya yang mana, entah penasaran banget sama kamu. Malah pas ketemu kamu makin ngerasa familiar banget, padahal aku yakin belum pernah ketemu sama kamu. Kamu tahu kan aku sering merhatiin kamu, merhatiin anak-anak lain yang ngobrol sama kamu merhatiin gimana kamu ngerespon mereka. Aku bahkan masih inget pertama kali kita salaman buat kenalan, ada sepersekian detik kamu natap aku dalem dengan ekspresi datar tapi penuh arti.”

Aku : “Aku ngga ngerasa bosen sama kamu sih, sampe saat ini. Aku malah ngga inget yang kita salaman pertama kali itu. Soalnya aku lagi buru-buru ngurusin kerjaan. Tapi emang pertama kali kita ketemu aku ngerasa familiar juga sama kamu, bahkan ada semacam rasa kecewa padahal biasanya untuk hal itu aku bodoamat. Yang aku inget malah sempet ngebatin ‘yah ketemu lagi nih sama orang ini’,  yang aku malah ngga paham kenapa ngebatin itu. Seingetku kesannya tuh bukan kesan yang baik.”

Kamu : “Iya emang ekspresi kamu itu datar waktu itu tapi tatapan mata kamu dalem banget meskipun cuma sepersekian detik aja. Emang dari pertama yang ngerasa familiar terus langsung tertarik bahkan ya, jatuh cinta sama kamu. Ada semacam keyakinan kalau kamu itu mau sama aku. Dulu aku pernah cerita juga kan kalau aku ngerasa ada hilang yang aku ngga tahu apa, sering ngerasa gitu bahkan lebih sering ngerasa pas tahun 2014-2016 sebelum ketemu kamu, makanya aku sering ke sawah atau ke pinggir sungai buat ngelamun mikirin itu perasaan apa dan kenapa. Semenjak ada kamu, kenal kamu, dan semakin deket kamu, aku yakin banget kalau kamu sesuatu yang hilang itu. Padahal dulu aku belum tahu ada kamu. Semenjak ada kamu ya, perasaan itu udah ngga ada. Semakin yakin lagi pada saat kejadian kemarin.”

Aku : “Tapi memang karena ini bukan pertama kalinya kita bertemu di suatu masa kehidupan, jadinya ya terasa familiar. Karena jiwa kita yang saling mengenali lebih dulu sedangkan tubuh fisik kita ngga, terbatas dengan ego, logika dan pengetahuan-pengetahuan yang ada. Kita saling jatuh cinta lagi, nyaman lagi, dan ketika terluka rasanya juga jadi lebih sakit. Jadi ada pertanyaan, 'oh gini lagi? ngulang lagi?', gitu sih."

*

Pertemuan kembali dengan koneksi kehidupan masa lalu, memang terasa aneh pada awalnya karena tidak terbiasa dan tidak mengetahui alasan kenapa bisa terjadi. Tapi setelah pengetahuan itu terbuka, dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi sudah dirancang sedemikian rupa, bahkan sebelum turun ke bumi dan kembali bertemu lagi ditempat dan waktu yang sama. Perjalanan yang membawa banyak pelajaran sekaligus memutus suatu siklus karma, membayar hutang karma dan dharma. Cinta yang murni tidak terkontaminasi dengan ego, ambisi, kasih yang tak bersyarat. Cinta yang mengalir begitu saja. Ikhlas di dalamnya. Aku mencintainya dan diapun mencintaiku. Tapi jalan tidak melulu selalu bersama. Meskipun selalu ada doa terbersit untuk bisa kembali bersama, seperti pada masa kehidupan-kehidupan lalu yang sudah pernah kami jalani bersama. Biarkan berjalan dengan semestinya. Apapun keadannya ke depannya.

Biarlah yang seharusnya datang untuk datang, biarlah yang seharusnya pergi untuk pergi. Karena pertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan. Pada akhirnya, kita hanyalah berakhir dengan diri kita sendiri. 

Wednesday, January 5, 2022

Satu, Kau-Aku

Selamat malam, dari aku yang tak usainya merindukanmu, 
yang tak udahnya memintal rindu ditiap-tiap malamnya 
Selamat malam, dari aku yang terus memimpikanmu dalam malam-malam panjangku 
Ketika dapat ku rengkuh kembali, dan ku kecup lagi bayang dirimu 
Rasanya mencintaimu saja tidak akan pernah cukup, akan selalu ada hal-hal lain yang ku inginkan dan ku butuhkan dari dirimu
Malam yang menjeratku dalam buaian, membisikanku bahwa kenangan itu tinggal bahkan lebih lama dari matahari terbenam 
Aku memejamkan mataku untuk mengingat tiap detail wajahmu, senyummu, rengkuhanmu, hangat sentuhanmu
Kau adalah candu paling memabukkan sepanjang perjalanan hidupku
Kau adalah riak gelombang yang menggetarkan seluruh hidupku
Kebahagiaanku
Kesedihaku
Terangku
Gelapku
Kau pun
Aku
Satu


Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...