Ingatkah kau dengan lembayung senja yang sering kita nikmati
pada akhir minggu? Rasa semilir angin, suara deburan ombak. Semua terasa
sempurna. Begitu indah.
Ingatkah kau dengan bintang-bintang malam yang kita lihat di
bibir pantai waktu itu? Katamu sebetulnya ada jutaan bintang di langit malam,
hanya saja awan terlalu jahat karena hanya menunjukkan sedikit bintangnya.
Ingatkah kau dengan rintik hujan yang sering kita lewatkan
berdua? Pada perjalanan panjang. Katamu meneduh lebih baik. Kataku, apa salahnya
menerjang rintik hujan sambil bernyanyi di dalamnya?
Ingatkah kau dengan isak-tangis yang kau keluarkan sendiri?
Ditengah kerumunan orang banyak. Di tampat gelap yang ramai di duduki
orang-orang. Katamu kau tak sanggup untuk kehilangan.
Ingatkah kau dengan jejak-jejak yang kita tinggalkan berdua,
pada hari kemarin yang menjadikannya sebentuk kenangan untuk hari ini?
Ya, bentuk kenangan yang buatmu mungkin tak ada artinya. Aku
hanya sekeping koin yang kau gunakan untuk mencapai tujuanmu sendiri. Tak apa.
Kau tahu aku wanita yang sangat kuat. Karena aku menyimpan kenangan itu
erat-erat. Menyimpan dalam kotak memori yang begitu cantiknya.
Aku juga tidak ingin kehilangan, sebetulnya. Namun kalau kau
terus memaksaku untuk pergi, aku juga tidak akan memaksamu untuk pergi dengan
tenang. Ingat Sayang. Aku masih tetap mencintaimu meskipun tanpa rumah.
Berkelanalah. Nikmatilah kebebasanmu. Aku tak ingin merengkuhmu dengan
luka-luka yang begitu pahit. Aku hanya ingin menjadi rumah untukmu pulang, dari
perjalanan hidup yang panjang.
Lalu kalau pada akhirnya dengan segala upaya yang ku
lakukan, kau juga tak kembali pulang, maka aku akan benar-benar pergi, Sayang.
Tak mungkin menunggumu seribu tahun hanya untuk melihatmu bercinta dengan
bidadari Sorga. Pasti kau tidak tahu betapa pedihnya. Pasti kau tidak merasakan
pahitnya. Karena hanya dengan begitu kau mudah untuk tersesat dalam
perjalananmu sendiri.
Tak apa kalau kau memang masih ingin menikamku dari
belakang. Tak apa kalau kau sering kali dengan mudahnya menghempas kenangan kita yang sudah berlalu. Tak apa kalau
kau masih ingin terus menusukku dengan pisau yang begitu tajamnya. Tak apa
kalau kau masih terus berusaha mengambil banyak keuntungan dariku. Tak apa
kalau kau memang masih ingin memonopoliku. Tidak apa.
Aku masih disini, masih terus disini.
Aku bukannya mencintaimu,
Aku
hanya
membutuhkanmu.