Katakan aku gila
Katakan aku tidak tahu diri
Kau boleh mengutukku seperti itu
Kau juga boleh mencaciku sepuasmu seperti itu
Tapi..
Apakah ada cinta yang salah?
Aku rasa tidak
Tidak ada yang salah dari cinta
Ia bisa saja menjerumuskanmu memperalatmu semakin candu
Tapi..
Apa ada perasaan cinta yang salah?
Tidak
Aku sangat yakin tidak
Mengapa begitu?
Karena aku pernah membaca buku, kalau seorang pencundang pada akhirnya juga bisa merasa bahagia. Dan ia merasakan bahagia hanya karena menemukan senyum yang hangat dibalik kemuning senja. Ia merasa bahagia menghadiahkan senja itu untuk kekasihnya.
Tentu saja itu hanya sepenggal cerita kebahagiaan yang kubaca dari sebuah buku tua di sebuah perpustakaan mini sekolahku dulu.
Pada ceritaku, kau boleh mengutukku sepuasmu. Tidak apa. Sebab, cinta dalam gambaran hidupku kini ialah seperti permata yang kutemukan dalam tumpukkan jerami. Kau pasti tahu bahwa permata memiliki kilauan yang indah. Kilauannya bisa membuatmu candu. Ia begitu berharga dan bermakna. Dalam tumpukkan jemari itulah aku memungutnya, mengambilnya, membawa pulang ke rumahku. Ku rawat segenap hati, menaruhnya ditempat paling suci. Ia kubawa kemana pun aku pergi dengan kilauannya begitu terpancar dengan indahnya. Aku seperti membawa sebuah keindahan tiada dua.
Namun.. permata yang ku temukan ditumpukkan jerami itu tentulah memiliki pemiliknya. Tidak mungkin ia begitu saja jatuh ke dalam tumpukkan jerami yang lusuh. Aku rasa pemiliknya pasti tidak sengaja menjatuhkannya. Kemudian ia lupa mengambilnya kembali sehingga permata itu ditemukan olehku.
Permata yang pada akhirnya ku bawa dan ku miliki sepenuh hati. Ada masanya nanti ia kan ku kembalikan, biar aku bilang pada Semesta untuk mengijinkanku memilikinya barang sewaktu saja. Dengan setulus hati.
Seibarat itu.
Kemudian, tiba pada suatu sore hari. Angin terus berserir-dersir, mengibaskan rambut yang terhelai sebatas perut. Ku pejamkan mata sambil mengulang kembali ingatan-ingatan yang segar dalam kepala. Aku merasakan sebuah dekapan dari belakang tubuhku menghangatkan seluruh hati yang tadinya sedingin kutub utara. Hangatnya menjalari seluruh tubuh membuat suatu perasaan ganjil yang belum pernah kutemui, kedamaian. Ketika ku buka mataku, hamparan laut luas begitu elok menyegarkan mata. Langit memancarkan senja yang keemas-emasan. Kicauan burung pantai bersaut-sautan bersamaan dengan deru angin bagai lantunan sebuah lagu alam semesta. Ketengok kanan dan kiriku. Dan ternyata, kedamaian itu hanya dalam kenanganku saja.
No comments:
Post a Comment