Saat gemintang terbentang luas diangkasa
Saat gemerlapnya lampu-lampu kota memancar
Saat raga terlelap sedang jiwa berkelana
Jejak kita menghilang
Hanya desau bisikan kita terus terngiang-ngiang
Mengingatkan bahwa telah lama jarak menjauh
telah lama terperangkap dalam rindu
Seberapa jauh engkau melangkahkan kaki
Kau terus hidup
Terus hidup dalam memori, sanubari
Perasaan ini sudah begitu megahnya dalam sukmaku
Hingga tak dapat ku bendung lagi
Semakin dalam ia..
Semakin dalam pula lukanya..
Kita bertemu saat malam
Saat orang-orang sedang nyenyaknya
Saat kau sedang memejamkan mata
Jiwa kita bertemu di pelataran rumah kayu
Kau mengenakan baju putih
Begitu pun aku
Kau berbisik padaku mengenai senja ditempatmu yang begitu syahdu
Mengenai hujan yang terus luruh bersamaan dengan rasamu
Sedang aku sibuk mendengarkan sambil menenggelamkan diri dalam matamu
Aku merindukanmu
Bisikku kala itu
Kau tersenyum, hangat seperti biasanya
Kau tersenyum, hangat seperti biasanya
Tidak ada kalimat lain yang terlontar kecuali hembus nafas, angin, dan suara dedaunan kering
Mata kita bertemu.. bibirmu yang ranum masih saja bungkam
Sedang kau maupun aku masih saja terperangkap dalam tatapan yang saling meghujam
Saling membahasakan kerinduan
Saling membahasakan tentang cinta
No comments:
Post a Comment