Aku pernah menunggu
Sambil berharap-harap cemas
Sambil berucap-ucap doa
Semoga ia baik-baik saja disana
Kemudian pada suatu hari badai datang
Memporak-porandakan
Hatiku
Menjadi berkeping-keping
Nelangsa aku
Betapa kosong dan hampa rasanya hati
Dan aku membenci saat-saat itu
Saat-saat aku menunggu, begitu lama
Sampai hancur menjadi pecahan kenangan yang biasa disebut masa lalu
*
Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan doa-doa
Agar semesta membiarkanku bahagia
Tanpa sesal
Tanpa menoleh kembali pada masa yang menjadikan aku bukan aku yang biasa
Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan pula syair-syair
Untuk mengenang duka, menghapus lara
Bahwasanya semesta telah membiarkanku bahagia
Dengan keberadaan yang entah sampai kapan,
Entah sampai dipersimpangan, atau rumah ditepian
No comments:
Post a Comment