Aku mengaitkan seluruh rindu pada permukaan rasaku
Bahwasanya ia tidak pernah lari kemana-mana
Terus saja berjelaga dengan duka yang ada
Di malam hari aku bertanya pada rembulan
Kemanakah pujangga cinta, bulan?
Ia mengatakan
Sabarlah. Kalau bukan di matamu, mungkin di hatimu.
Lalu dengan segenap rasa
aku terus berdiam diri
Memupuk segala kenangan agar ia kan bersemi, suatu hari nanti
Mengatakan pada diriku bahwa tidak apa begini
Sebab akan datang hari aku bertemu dengan diriku sendiri
Setelah sekian lama berserah pasrah
Kehilangan arah
Pada satu dekade
Dua dekade
Tiga dekade
Aku bertemu dengan tangan yang begitu hangat
Senyum yang begitu menyenangkan
Mata yang begitu berbinar
Dan yang terpenting, aku bertemu dengan diriku sendiri
Berhadapan dengan Hitam dan Putih, sisiku yang tak pernah terlihat
Oleh kasat mata
Padahal aku tahu, dia bukan milikku
Sebab cintanya pada Lebah begitu melekat
Aku memberanikan diri
Memberikan seluruhku
Perasaan yang tidak begitu asing di hadapan
Memberikan seluruh rinduku yang tak bersarang
Aku memberanikan diri
Membelai luka
Mengobati dengan tangan-tangan basah
mata airku
Kemudian
Pada akhirnya
Setelah seribu abad aku berjalan, tanpa mengharap
Aku menemukan
Diriku dirindukan
Tuesday, July 11, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Your Twinflame
Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...
-
Hujan rintik-rintik Deras kemudian Angin kencang di luar Aku gigil Lampu rumah mati Sembunyi aku dibalik selimut hangat Samar-samar ku deng...
-
Tetes Air Hujan Hujan Air Di tanah Layu Rusuk Berduri Sisa Hidup dan Mati Berjalan Jalan Jalan Di jalan Meraung Aung ...
-
Jalan lenggang tak bertuan Mari jalan lihat temaram Siluet-siluet indah bertebaran, memanggil ke pangkuan Sudah, tinggalkan penat Be...
No comments:
Post a Comment