Friday, June 1, 2018
Waktu Pertama Dan Hari Ini
Kamu tahu saat pertemuan pertama kita setelah sekian lamanya itu?
Tapi, aku adalah manusia yang penuh maaf.
Buatku, tidak apa-apa.
Tapi, apa kau tidak lelah dengan kepura-puraan kita selama ini?
Bolehkah aku jujur?
Saturday, May 19, 2018
Semesta
Biarkan rindu kutitipkan pada hujan
Biarkan syahdu kasihku, kutitipkan pada nada-nada lagu ditiap musik yang kau alunkan
Agar sampai padamu segala rasa yang membuncah di dada
Agar dapat kau dengar bisikanku disana
Berharap semesta memberikan kesempatan pada dua anak manusia yang sedang jatuh cinta pun menrindu, untuk saling mencintai lagi dan lagi
Bahwasanya yang aku tahu,
Semesta hanya mengabulkan doa dari hati yang tulus, maka dari itu, sudah tuluskah engkau dalam memintaku?
Yang aku juga tahu,
Semesta akan mengembalikan hati pada kepunyaan sesungguhnya, maka dari itu, benarkah aku kepunyaan sesungguhnya?
Sunday, May 6, 2018
Lara.
Katakan aku gila,
Katakan aku biadab
Jalang yang tak tahu arah pulang
Waktu terus menyiksa batin dikedalaman saat semua terasa salah
Bahkan teriak hanya membawaku pada kehampaan
Secarik kertas itu tak berisi apapun jua
Secangkir kopi terlalu sedikit untuk kuseruput pada dinginnya malam
Tuk sejenak menyingkirkan lara
Pun pada akhirnya,
Orang-orang kan meneriaki, mencaci, mendengki
Katakan aku gila,
Katakan aku biadab
Jalang yang tak tahu arah pulang
Aku akan pulang kehadapan Bunda, sambil menangis mengais-ais
Minta dikasihani
Minta diampuni
Agar jiwaku tenang di dunia
Agar kehampaan berisi kecintaan
Pada fana
Juga nyata
Saturday, April 28, 2018
Pernah
Aku pernah menunggu
Sambil berharap-harap cemas
Sambil berucap-ucap doa
Semoga ia baik-baik saja disana
Kemudian pada suatu hari badai datang
Memporak-porandakan
Hatiku
Menjadi berkeping-keping
Nelangsa aku
Betapa kosong dan hampa rasanya hati
Dan aku membenci saat-saat itu
Saat-saat aku menunggu, begitu lama
Sampai hancur menjadi pecahan kenangan yang biasa disebut masa lalu
*
Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan doa-doa
Agar semesta membiarkanku bahagia
Tanpa sesal
Tanpa menoleh kembali pada masa yang menjadikan aku bukan aku yang biasa
Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan pula syair-syair
Untuk mengenang duka, menghapus lara
Bahwasanya semesta telah membiarkanku bahagia
Dengan keberadaan yang entah sampai kapan,
Entah sampai dipersimpangan, atau rumah ditepian
Sunday, April 1, 2018
Aroma Malam
Tiba disuatu malam
Jiwaku melangkah menuju bintang-bintang bertaburan
Meresapi harum aroma malam yang begitu khas
Aroma kenangan
Ku pejamkan mata, dan mengenang kembali
Masa-masa dimana cinta begitu menggairahkan
Juga begitu menyakitkan
Ku buka kedua bola mataku, dan duduk diperaduan dekat dengan cahaya rembulan
Aku bernyanyi
Menyanyikan nada-nada sendu
Kembali menghirup aroma khas malam
Suka
Duka
Bahagia
Luka
Rindu
Melebur pada irama yang ku senandungkan
Kemudian ada seseorang datang menghampiriku sambil berkata,
"Jangan bersedih, aku ada disini."
Monday, December 25, 2017
Kisah di Malam Hari
Mengenang kembali detik tiap detik yang telah terlewat.
Ada sekelebat perasaan yang mengikis ruang sendu dalam dada.
Ia memintaku menyudahi saja acara yang kulakukan sendiri itu.
Melangkah tanpa pernah menoleh.
Melangkah tanpa pernah duduk lagi dibalik jendela sambil menyesap kopi beraroma masa lalu.
Aku terus berjalan.
Ia bersimbah darah,
penuh luka.
Membasuh dukanya hingga yang tersisa hanya senyum yang merekah di wajah.
Setahuku, itu bermula pada saat aku mendengar bisikan kecil dari hati yang menyuruhku menyudahi saja duka berkepanjangan itu.
Bahwa,
Kesepian adalah jalan pulang menuju rumah di tepian.
Sunday, October 8, 2017
Kerandoman Makan Seblak dan Inspeksi Bulan
Halo semua....
Waaa sudah lama sekali aku ndak ngisi blog ini. Sudah kering, lapuk dimakan waktu kayaknya ckck
Aku mau cerita sedikit ah, iseng-iseng ngisi waktu yang setengah malam ini. (looh?) Hahaha
Kali ini nulisnya agak beda yah, bukan tentang puisi atau sajak. Nope. Lagi ngga pengin nulis yang sedih-sedih, karena emang lagi ngga sedih. Hehe.
Jadi ceritanya aku tuh punya sahabat, temen, musuh, pacar yang komplit jadi satu yaitu Kang J (Inisial aja yah, biar ngga terlalu terekspos 😅). Malam ini tuh aku random banget ngajakin makan seblak karena kebetulan lagi pengin banget makan seblak dari dua hari yang lalu. Akhirnya oke kita langsung cuss menuju lokasi.
Lagi-lagi aku ngerasa aneh sama malam itu karena biasanya kalau aku keluar malam pasti ngeliat bulan. Dan saat berangkat, aku sama dia sama-sama ngga ngeliat bulan. Btw, kita sama-sama suka yang namanya liat keindahan alam yang gratis tis tis, macem liat bulan purnama, bulan sabit yang dikelilingin sama bintang-bintang.
"Kok ngga ada bulan yah? Padahal seminggu ini setiap aku pulang pasti liat bulan, lagi penuh-penuhnya, lagi terang-terangnya, kok ini tumben yah ngga ada? " -Aku
"Lagi mendung sih ini kayaknya." -Kang J
Lalu kita berdua kembali jalan sambil membicarakan hal-hal remeh lainnya yang menurut kami berdua menarik.
Awalnya sempat salah tempat karena pemikiran tempat yang kami tuju itu beda. Tapi untungnya tempatnya ketemu juga berkat papan namanya yang lumayan besar dan cukup terlihat.
Dengan percaya dirinya, aku pesan satu porsi seblak kwetiau plus telur dan es teh manis beserta makanan pelengkapnya pancong original. Sedangkan si kang J pesan seblak makaroni plus telur dengan minum yang sama, es teh manis. Levelnya sama-sama level 3 dengan harapan pedasnya sama seperti makan ayam Richeese Factory 😅.
Setelah makanan datang, kami coba cicipi masing-masing makanan yang kami pesan dan akhirnya.. Haft, pedasnya bikin perut perih. Ternyata emang aku tuh cemen banget makan seblak level 3 aja ngga kuat. Hiks..
Kang J sama kepedesannya kayak aku tapi, He was so cool.
Akhirnya aku ngga sanggup dan hanya sanggup makan setengah porsi. Selebihnya kami makan pancong yang kami pesan kembal pancong beserta es teh manisnya untuk meredakan kepedesan dan kepanasan perut ini..
Kami sama-sama ngobrol seperti biasa, membicarakan hal-hal yang memang terlintas dalam pikiran. Diskusi, debat dan lainnya.
Setelah merasa waktu sudah mulai malam, kami berdua memutuskan untuk pulang. Dalam perjalan, kami masih dengan aktivitas yang sama yaitu mengobrol, berbicara, berkomentar, dan biasanya aku yang lebih banyak mendengarkan.
Sampai ketika kami melewati pertigaan jalan dekat rumahnya Kang J, dengan histeris dan ragu aku berteriak, "Eh itu bulan bukan sih? Iya kan? Ih bulet gitu, kok warnanya kayak orange kemerahan gitu yah?"
"Hayoo itu apa? Bulan bukan?" -Kang J
"Iya itu bulan tau! Waw, so beautiful!" -Aku
"Iya itu bulan. Tapi emang bagus sih." -Kang J
Tidak lama setelah percakapan itu, kami berbelok ke kiri menuju arah rumahku. Dan bulannya tiba-tiba menghilang. Aku panik, karena ketika aku melihat ke sekeliling ternyata ngga ada!
"Oh god, masa bulannya tiba-tiba hilang?" -Aku
"Hayo kemana, coba cari lagi." -Kang J
"Bener ngga ada. Kok bisa yah? Bukannya kalo kita jalan bulan tetep ngikutin dibelakang kita?" -Aku
"Yah engga, dia kan punya arahnya sendiri." -Kang J
"Kalo tadi dia ada di depan kita, berarti sekarang dia ada di samping kita atau engga di belakang kita." -Aku
Kemudian aku mencari-cari namun tetap saja ngga ketemu.
Kami berdua terdiam sampai kami melewati jembatan, dengan pelan-pelan mengendarai motorya dia berkata, "Coba cari lagi ada atau engga."
"Hmmm, oh.. Itu!" -Aku
"Mana? Dimana?" -Kang J
"Itu disana." Aku sambil menunjukkan ke arah bulan.
"Oh iya." -Kang J
"Bulan yang misterius." -Aku
"Ternyata kita mencari ke arah yang salah.. Ckck." -Kang J
Ternyara diketahui kalau bulannya tidak terlihat karena tertutup dengan bangunan-bangunan di sekitar.
Sesampainya di komplek perumahan tempat aku tinggal, kami berdua melewati gang-gang dimana setiap gang-gang yang terlewat kami intipi apakah bulannya terlihat atau tidak. Kami menamakannya dengan inspeksi bulan.
Ternyata untuk gang kedua dan setelahnya bulannya terlihat sangat menawan dengan warna yang sebelumnya belum pernah aku lihat. Ya.. Berwarna orange yang cenderung kemerahan.
Aku tidak tahu yang lain, mengenai sebab warnanya, atau hal lainnya. Yang kutahu, bulan yang terlihat malam ini begitu cantik. Dan lagi, aku tidak sendiri untuk melihatnya..
Semoga malam-malam berikutnya akan ada keindahan-keindahan dan ke freakan seperti malam ini.
Your Twinflame
Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...
-
Hujan rintik-rintik Deras kemudian Angin kencang di luar Aku gigil Lampu rumah mati Sembunyi aku dibalik selimut hangat Samar-samar ku deng...
-
Tetes Air Hujan Hujan Air Di tanah Layu Rusuk Berduri Sisa Hidup dan Mati Berjalan Jalan Jalan Di jalan Meraung Aung ...
-
Sudahkah engkau menyeruput kopi hitam siang ini? Mari kembali kepada waktu yang telah berlalu Mengenai sebait puisi yang aku ciptakan kala...