Monday, December 25, 2017

Kisah di Malam Hari

Pernah pada suatu hari aku duduk termenung dibalik jendela.
Mengenang kembali detik tiap detik yang telah terlewat.
Ada sekelebat perasaan yang mengikis ruang sendu dalam dada.
Ia memintaku menyudahi saja acara yang kulakukan sendiri itu. 

Kemudian dari padanya aku melangkah.
Melangkah tanpa pernah menoleh.
Melangkah tanpa pernah duduk lagi dibalik jendela sambil menyesap kopi beraroma masa lalu.
Aku terus berjalan. 

Kemudian aku bertemu padanya dipersimpangan jalan.
Ia bersimbah darah,
penuh luka. 

Aku membiarkannya masuk ke rumahku, dengannya kubasuh lukanya satu persatu hingga kering.
Membasuh dukanya hingga yang tersisa hanya senyum yang merekah di wajah. 

Aku tidak ingat lagi bagaimana caraku melangkah pada mulanya.
Setahuku, itu bermula pada saat aku mendengar bisikan kecil dari hati yang menyuruhku menyudahi saja duka berkepanjangan itu.

Kemudian ku bagikan secuil kisahku padanya untuk menghapus segala lara. Bahwa yang telah pergi, tidak akan kembali lagi.
Bahwa,
Kesepian adalah jalan pulang menuju rumah di tepian. 

Maka sambutlah dekap tangan penuh harapan, semoga senyum itu terus merekah di wajah. Kelak akan ku setubuhi segala rindu dalam malam-malam syahdu, bermandikan aroma kisah duka lara pun bahagia yang telah terjalin, hingga kini..

Sunday, October 8, 2017

Kerandoman Makan Seblak dan Inspeksi Bulan

Halo semua....
Waaa sudah lama sekali aku ndak ngisi blog ini. Sudah kering, lapuk dimakan waktu kayaknya ckck

Aku mau cerita sedikit ah, iseng-iseng ngisi waktu yang setengah malam ini. (looh?) Hahaha

Kali ini nulisnya agak beda yah, bukan tentang puisi atau sajak. Nope. Lagi ngga pengin nulis yang sedih-sedih, karena emang lagi ngga sedih. Hehe.

Jadi ceritanya aku tuh punya sahabat, temen, musuh, pacar yang komplit jadi satu yaitu Kang J (Inisial aja yah, biar ngga terlalu terekspos 😅). Malam ini tuh aku random banget ngajakin makan seblak karena kebetulan lagi pengin banget makan seblak dari dua hari yang lalu. Akhirnya oke kita langsung cuss menuju lokasi.

Lagi-lagi aku ngerasa aneh sama malam itu karena biasanya kalau aku keluar malam pasti ngeliat bulan. Dan saat berangkat, aku sama dia sama-sama ngga ngeliat bulan. Btw, kita sama-sama suka yang namanya liat keindahan alam yang gratis tis tis, macem liat bulan purnama, bulan sabit yang dikelilingin sama bintang-bintang.

"Kok ngga ada bulan yah? Padahal seminggu ini setiap aku pulang pasti liat bulan, lagi penuh-penuhnya, lagi terang-terangnya, kok ini tumben yah ngga ada? " -Aku
"Lagi mendung sih ini kayaknya." -Kang J

Lalu kita berdua kembali jalan sambil membicarakan hal-hal remeh lainnya yang menurut kami berdua menarik.

Awalnya sempat salah tempat karena pemikiran tempat yang kami tuju itu beda. Tapi untungnya tempatnya ketemu juga berkat papan namanya yang lumayan besar dan cukup terlihat.
Dengan percaya dirinya, aku pesan satu porsi seblak kwetiau plus telur dan es teh manis beserta makanan pelengkapnya pancong original. Sedangkan si kang J pesan seblak makaroni plus telur dengan minum yang sama, es teh manis. Levelnya sama-sama level 3 dengan harapan pedasnya sama seperti makan ayam Richeese Factory 😅.
Setelah makanan datang, kami coba cicipi masing-masing makanan yang kami pesan dan akhirnya.. Haft, pedasnya bikin perut perih. Ternyata emang aku tuh cemen banget makan seblak level 3 aja ngga kuat. Hiks.. 
Kang J sama kepedesannya kayak aku tapi,  He was so cool.
Akhirnya aku ngga sanggup dan hanya sanggup makan setengah porsi. Selebihnya kami makan pancong yang kami pesan kembal pancong beserta es teh manisnya untuk meredakan kepedesan dan kepanasan perut ini..

Kami sama-sama ngobrol seperti biasa, membicarakan hal-hal yang memang terlintas dalam pikiran. Diskusi, debat dan lainnya. 

Setelah merasa waktu sudah mulai malam, kami berdua memutuskan untuk pulang. Dalam perjalan, kami masih dengan aktivitas yang sama yaitu mengobrol, berbicara, berkomentar, dan biasanya aku yang lebih banyak mendengarkan.
Sampai ketika kami melewati pertigaan jalan dekat rumahnya Kang J,  dengan histeris dan ragu aku berteriak, "Eh itu bulan bukan sih? Iya kan? Ih bulet gitu, kok warnanya kayak orange kemerahan gitu yah?"
"Hayoo itu apa? Bulan bukan?" -Kang J
"Iya itu bulan tau! Waw, so beautiful!" -Aku
"Iya itu bulan. Tapi emang bagus sih." -Kang J

Tidak lama setelah percakapan itu, kami berbelok ke kiri menuju arah rumahku. Dan bulannya tiba-tiba menghilang. Aku panik, karena ketika aku melihat ke sekeliling ternyata ngga ada! 
"Oh god, masa bulannya tiba-tiba hilang?" -Aku
"Hayo kemana, coba cari lagi." -Kang J
"Bener ngga ada. Kok bisa yah? Bukannya kalo kita jalan bulan tetep ngikutin dibelakang kita?" -Aku
"Yah engga, dia kan punya arahnya sendiri." -Kang J
"Kalo tadi dia ada di depan kita, berarti sekarang dia ada di samping kita atau engga di belakang kita." -Aku
Kemudian aku mencari-cari namun tetap saja ngga ketemu. 
Kami berdua terdiam sampai kami melewati jembatan, dengan pelan-pelan mengendarai motorya dia berkata, "Coba cari lagi ada atau engga."
"Hmmm, oh.. Itu!" -Aku
"Mana? Dimana?" -Kang J
"Itu disana." Aku sambil menunjukkan ke arah bulan.
"Oh iya." -Kang J
"Bulan yang misterius." -Aku
"Ternyata kita mencari ke arah yang salah.. Ckck." -Kang J

Ternyara diketahui kalau bulannya tidak terlihat karena tertutup dengan bangunan-bangunan di sekitar.
Sesampainya di komplek perumahan tempat aku tinggal, kami berdua melewati gang-gang dimana setiap gang-gang yang terlewat kami intipi apakah bulannya terlihat atau tidak. Kami menamakannya dengan inspeksi bulan.

Ternyata untuk gang kedua dan setelahnya bulannya terlihat sangat menawan dengan warna yang sebelumnya belum pernah aku lihat. Ya.. Berwarna orange yang cenderung kemerahan.

Aku tidak tahu yang lain, mengenai sebab warnanya, atau hal lainnya. Yang kutahu, bulan yang terlihat malam ini begitu cantik. Dan lagi, aku tidak sendiri untuk melihatnya..

Semoga malam-malam berikutnya akan ada keindahan-keindahan dan ke freakan seperti malam ini.

Sunday, August 6, 2017

Sebab Kau

Wangi aroma laut masih menjadi teman baikku

Berisikan segala kenangan akan jejak-jejak yang kian hilang dimakan waktu

Kamu..

Masih menjadi diksi terindah untuk tiap-tiap syair yang aku torehkan

Sayangnya, bagimu cinta ialah dusta paling nista. Sebab kau menghilang

Sebab kau kira cintaku bukan ku jatuhkan padamu

Aku tak akan lagi percaya jika suatu hari nanti kau datang sambil mengaku mencintaiku





Tuesday, August 1, 2017

Mimpi

Ada masa dimana, aku meninggalkan kenangan-kenangan yang telah berlalu 

Ada masa dimana, kemudian ku toleh kembali tiap-tiap jejak yang pernah ku singgahi 

Menjadi masalahnya ialah waktu 

Menunjukkan seberapa tepat, seberapa tidak tepatnya tiap puzzle itu tersusun dengan apiknya 

Barangkali masih ada yang koyak, seperti kursi yang biasa ku gunakan untuk menerima tamu di pojok kiri meja kerjaku

Barangkali sudah ada yang tersusun dengan tepat 

Barangkali.. 

Sudah tertinggal semua perasaan-perasaan yang pernah begitu bergelora kepada satu anak manusia, pun beberapanya 

Barangkali.. 

Sudah jatuhlah hati kepada anak manusia lainnya, membentuk kenangan-kenangan baru layaknya puzzle yang baru saja ingin dimainkan 

Jadi, 

Biarkanlah istirahatmu memunculkan begitu banyak mimpi yang berisi kenangan, 

tentang pahitnya hidup 
tentang manisnya cinta 
juga

tentang aku

Thursday, July 20, 2017

Pendar Waktu



Melipir ditengah hujan basah malam
Memeras segala air mata mendarah
Baunya membusuk meremukkan tulang-tulang
Berlinangan bersama gugurnya kenangan

Katanya, siapa sembunyi ia akan mati
Namun tidak denganku
Luka ialah seibarat tumpukan dedauanan di padang mahsyar
Terus saja menyayat tiap menit terlewat
Mati begitu saja di peraduan kahyangan

Betapa kembali tiada bisa disinggahi, lagi
Cintamu tlah pergi
Mengurungku pada buaian pedih tak berperi
Menggugat kata-kataku
Satu, dua, tiga, enam, delapan
Perbuatan keji yang terbelenggu, di mata beningmu 

Ampuni aku
Wahai pembumi  
Jiwaku terus saja bersemayam pada waktu lalu
Masih bergelut melawan rindu-rindu
Pada tangan yang masih bergandengan
Pada bibir yang terus berpagut di malam redup

Jikalau terus saja menghilang bersarang di telaga warna
Bersama dengan luka dariku yang kau bawa sejauh waktu
Maka sebagaimana aku mampu merengkuh jalan pulang?
Terseok-seok memandu langkah untuk membawa
Cintaku
Rinduku 

Aku ingin kembali

Tuesday, July 11, 2017

Tiga Dekade

Aku mengaitkan seluruh rindu pada permukaan rasaku 
Bahwasanya ia tidak pernah lari kemana-mana 
Terus saja berjelaga dengan duka yang ada

Di malam hari aku bertanya pada rembulan 
Kemanakah pujangga cinta, bulan?
Ia mengatakan 
Sabarlah. Kalau bukan di matamu, mungkin di hatimu.

Lalu dengan segenap rasa
aku terus berdiam diri 
Memupuk segala kenangan agar ia kan bersemi, suatu hari nanti 
Mengatakan pada diriku bahwa tidak apa begini
Sebab akan datang hari aku bertemu dengan diriku sendiri 
Setelah sekian lama berserah pasrah 
Kehilangan arah 

Pada satu dekade 
Dua dekade 
Tiga dekade 

Aku bertemu dengan tangan yang begitu hangat 
Senyum yang begitu menyenangkan 
Mata yang begitu berbinar 
Dan yang terpenting, aku bertemu dengan diriku sendiri 
Berhadapan dengan Hitam dan Putih, sisiku yang tak pernah terlihat 
Oleh kasat mata 

Padahal aku tahu, dia bukan milikku 
Sebab cintanya pada Lebah begitu melekat 

Aku memberanikan diri 
Memberikan seluruhku 
Perasaan yang tidak begitu asing di hadapan 
Memberikan seluruh rinduku yang tak bersarang 

Aku memberanikan diri 
Membelai luka 
Mengobati dengan tangan-tangan basah 
mata airku 

Kemudian 
Pada akhirnya 
Setelah seribu abad aku berjalan, tanpa mengharap 
Aku menemukan 

Diriku dirindukan 

Saturday, June 24, 2017

Gugurnya Senja

Aku melewati senja
Pada jalan yang berguguran dedauanan
Dengan aroma musim gugur

Ada perasaan-perasaan ganjil menghampiri
Menggeletik ketenangan batin yang selama ini berucap baik-baik saja
Yang katanya menolak untuk merintih, sebab hati tidak ingin sedingin musim dingin di kutub utara

Bahwasanya semesta tidak mengharap cinta padaku
Sebab akulah pengemisnya
Mengayuhkan tangan setiap malam berharap didengarNya segala doa
Semusim, 
Pada musim yang dingin

Ialah patah hati menjadi penyebabnya
Segala duka yang mengikis tiap-tiap bahagia yang ada
Kalau saja genggamku tak dilepasnya
Kalau saja air mata, mata airku tak dilepasnya
Maka hatiku masih tetap utuh tak bersisa

Ia baik-baik saja, selama mata tertutup rapat
Telinga pun sama
Juga mulut yang enggan berucap
Sebab cinta ialah segala permata, hati

Namun,
Jikalau tiada bisa berdiri tegak saat padang mahsyar menggampiri, lantas kepada siapa lagi aku bersandar?
Maka maafkanlah segala dosa hati juga sikap yang terpendar, padamu

Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...