Tuesday, November 13, 2018
Mengenai Waktu
Wednesday, November 7, 2018
Percakapan-percakapan Kecil
D : Dia
A : "Iya niatnya mau aku potong lagi."
D : "Jangan dipotong, biar panjang lagi aja. Soalnya bagus kalau rambutmu panjang."
A : "Kenapa gitu?"
D : "Karena bisa aku elus-elus, dan kamu kelihatan lebih cantik."
Monday, November 5, 2018
Sebab Jarak
Lawan dari bertemu bukanlah berpisah, melainkan kehilangan. Langkahmu yang kian menjauh membuatku semakin hari semakin tersudut. Membesarkan segala khawatir yang tidak memiliki muaranya. Setiap kali datang, kalimat 'aku baik-baik saja' selalu berhasil menjadi penyelamatnya. Sebab, aku hanya perempuan yang mudah sekali rapuh.
Aku akan diam. Diam dan terus diam menunggu.. Sebab katamu, aku harus perlahan menunggu, bukan? Aku akan menunggu ditempatku. Sambil sesekali menengok ke dalam isi kepalaku. Apakah masih selalu ada kenangan antara kau dan aku?
Thursday, October 18, 2018
Kamu
Dalam satu masa perjalananku, aku bertemu dengan seseorang. Kamu namanya. Kamu datang dengan senyuman paling indah yang pernah ku temui di seluruh dunia ini. Kamu datang, dengan tawa paling renyah dari yang pernah ku dengar dari semua manusia di bumi. Kamu.. datang dengan segala kepasrahan kepada Semesta yang akhirnya membuat diri ini bersimpuh kemudian luluh lantak.
Tidak ada satu hal pun yang aku sesali bertatap mata dengan tatapan sedalam lautan. Aku bisa menemukan diriku tenggelam di sana. Tenggelam dalam begitu banyak cinta seindah samudera. Kamu pasti tidak tahu bahwa aku kepayahan karenanya kan? Tidak apa, kamu tidak perlu khawatirkan hal itu. Seandainya pun Semesta berkehendak lain, tidak ada yang bisa ku lakukan selain berserah pasrah. Kepada nasib yang telah tergaris sebelum kamu dan aku beranjak ke dunia yang fana ini.
Dari satu masa ke masa yang lainnya, menjelajah ruang dan waktu yang fana hingga jiwa saling bertemu dan menyatu dalam kedalaman rasa yang begitu dingin, juga hangat diwaktu bersamaan. Menumpuk rindu yang terus saja bergelayutan ditiap waktu. Memaksa diri untuk mengingat tiap jengkal hal yang telah terlewat.
Kamu.. dengan dekapan yang hangat, merengkuh tubuhku dengan segenap rasa memberiku segala ketenangan. Membelaiku sambil berkata, "Semua akan baik-baik saja."
Aku menggantungkan percayaku pada kalimat yang kamu ucapkan itu. Aku tidak percaya kalimat lainnya selain kalimat itu. Sebab, tiada muara paling teduh, selain tatapan mata juga dekap hangat tubuhmu. Yang tidak sekalipun berdusta..
Friday, October 12, 2018
Permata dan Senja
Katakan aku gila
Katakan aku tidak tahu diri
Kau boleh mengutukku seperti itu
Kau juga boleh mencaciku sepuasmu seperti itu
Tapi..
Apakah ada cinta yang salah?
Aku rasa tidak
Tidak ada yang salah dari cinta
Ia bisa saja menjerumuskanmu memperalatmu semakin candu
Tapi..
Apa ada perasaan cinta yang salah?
Tidak
Aku sangat yakin tidak
Mengapa begitu?
Karena aku pernah membaca buku, kalau seorang pencundang pada akhirnya juga bisa merasa bahagia. Dan ia merasakan bahagia hanya karena menemukan senyum yang hangat dibalik kemuning senja. Ia merasa bahagia menghadiahkan senja itu untuk kekasihnya.
Tentu saja itu hanya sepenggal cerita kebahagiaan yang kubaca dari sebuah buku tua di sebuah perpustakaan mini sekolahku dulu.
Pada ceritaku, kau boleh mengutukku sepuasmu. Tidak apa. Sebab, cinta dalam gambaran hidupku kini ialah seperti permata yang kutemukan dalam tumpukkan jerami. Kau pasti tahu bahwa permata memiliki kilauan yang indah. Kilauannya bisa membuatmu candu. Ia begitu berharga dan bermakna. Dalam tumpukkan jemari itulah aku memungutnya, mengambilnya, membawa pulang ke rumahku. Ku rawat segenap hati, menaruhnya ditempat paling suci. Ia kubawa kemana pun aku pergi dengan kilauannya begitu terpancar dengan indahnya. Aku seperti membawa sebuah keindahan tiada dua.
Namun.. permata yang ku temukan ditumpukkan jerami itu tentulah memiliki pemiliknya. Tidak mungkin ia begitu saja jatuh ke dalam tumpukkan jerami yang lusuh. Aku rasa pemiliknya pasti tidak sengaja menjatuhkannya. Kemudian ia lupa mengambilnya kembali sehingga permata itu ditemukan olehku.
Permata yang pada akhirnya ku bawa dan ku miliki sepenuh hati. Ada masanya nanti ia kan ku kembalikan, biar aku bilang pada Semesta untuk mengijinkanku memilikinya barang sewaktu saja. Dengan setulus hati.
Seibarat itu.
Kemudian, tiba pada suatu sore hari. Angin terus berserir-dersir, mengibaskan rambut yang terhelai sebatas perut. Ku pejamkan mata sambil mengulang kembali ingatan-ingatan yang segar dalam kepala. Aku merasakan sebuah dekapan dari belakang tubuhku menghangatkan seluruh hati yang tadinya sedingin kutub utara. Hangatnya menjalari seluruh tubuh membuat suatu perasaan ganjil yang belum pernah kutemui, kedamaian. Ketika ku buka mataku, hamparan laut luas begitu elok menyegarkan mata. Langit memancarkan senja yang keemas-emasan. Kicauan burung pantai bersaut-sautan bersamaan dengan deru angin bagai lantunan sebuah lagu alam semesta. Ketengok kanan dan kiriku. Dan ternyata, kedamaian itu hanya dalam kenanganku saja.
Thursday, September 20, 2018
Manusia Bumi
Tangerang, 20 September 2018
Kau dan aku hanya manusia-manusia bumi, yang dengannya ingin menikmati satu rasa yang utuh; bahagia namanya
Entah berwujud dan berwajah seperti apa
Dalam hidup kita diberikan pilihan-pilihan, termasuk dengan bahagia itu sendiri
Kau lebih bahagia mana, terjatuh atau bangkit, atau keduanya
Pilih saja satu jalan dimana kau tidak akan menemui sesal
Sebab, air mata lebih mudah jatuh karenanya
Jadi.. pejamkan mata dulu, renungkan
Apa diri menjadi manusia seutuhnya, dengan pilihan-pilihan yang Semesta berikan.
Monday, July 9, 2018
Temu
Aku hanya manusia bumi,
Baiknya, masuklah dulu sebentar
Sebab bumi hanya
Aku tidak ingin kau merasakan penderitaan ini
Sebab bumi akan kemarau.
Your Twinflame
Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...
-
Hujan rintik-rintik Deras kemudian Angin kencang di luar Aku gigil Lampu rumah mati Sembunyi aku dibalik selimut hangat Samar-samar ku deng...
-
Tetes Air Hujan Hujan Air Di tanah Layu Rusuk Berduri Sisa Hidup dan Mati Berjalan Jalan Jalan Di jalan Meraung Aung ...
-
Sudahkah engkau menyeruput kopi hitam siang ini? Mari kembali kepada waktu yang telah berlalu Mengenai sebait puisi yang aku ciptakan kala...