Saturday, June 24, 2017

Gugurnya Senja

Aku melewati senja
Pada jalan yang berguguran dedauanan
Dengan aroma musim gugur

Ada perasaan-perasaan ganjil menghampiri
Menggeletik ketenangan batin yang selama ini berucap baik-baik saja
Yang katanya menolak untuk merintih, sebab hati tidak ingin sedingin musim dingin di kutub utara

Bahwasanya semesta tidak mengharap cinta padaku
Sebab akulah pengemisnya
Mengayuhkan tangan setiap malam berharap didengarNya segala doa
Semusim, 
Pada musim yang dingin

Ialah patah hati menjadi penyebabnya
Segala duka yang mengikis tiap-tiap bahagia yang ada
Kalau saja genggamku tak dilepasnya
Kalau saja air mata, mata airku tak dilepasnya
Maka hatiku masih tetap utuh tak bersisa

Ia baik-baik saja, selama mata tertutup rapat
Telinga pun sama
Juga mulut yang enggan berucap
Sebab cinta ialah segala permata, hati

Namun,
Jikalau tiada bisa berdiri tegak saat padang mahsyar menggampiri, lantas kepada siapa lagi aku bersandar?
Maka maafkanlah segala dosa hati juga sikap yang terpendar, padamu

Tuesday, June 6, 2017

Menunggu ?

Berdukalah
Tanganku tak pernah lekang menghapus air matamu

Berbahagialah
Seolah kau kan menelusuri senja di padang mahsyar

Jatuh cintalah
Bersama dengan hembusan angin yang menerpa wajahmu


Sebab ku lihat kau di perasingan
Tanpa kata

Sebab ku lihat kau di perapian
Menunggu

Ketahuilah
Aku tidak akan pernah datang lagi


Sunday, May 28, 2017

Dimana

Pernah pada suatu hari, hujan badai datang menghampiri sambil berbisik bahwa Pangeran sudah datang. Lantas aku langsung bergegas lari keluar rumah ingin melihat apakah benar binar mata hangat yang datang. Tepat di depanku, berdiri sesosok pria bertubuh tegap dengan mata cokelat sedang menatapku dingin. 
Bukan dia.. 
Bukan dia.. 
Air mataku turun tak tertahankan. Menahan rindu pada kehangatan binar mata juga rengkuhan tangannya.  

Sunday, April 16, 2017

Rentang Waktu


Dua Belas Tahun Lalu

Tidak sedikit anak menghilangkan kesedihan daripada bermain
Begitu juga kau
Terpaku pada seorang gadis cilik,
aku namanya
Jalan berliku-liku, dan kau tersenyum
Namun tak kutemukan benang itu 


Sembilan Tahun Lalu

Layaknya seorang anak muda yang dimabuk cinta
kau memberanikan diri untuk menyapa
Aku tak mengapa,
sebab aku bicara juga pada dedaunan, kucing liar
Mencoba memahami setiap percakapan yang terlontar
Namun kau malah membawaku hanyut pada labirin yang tak terpecahkan
Kau pasti tidak tahu kalau aku mengamuk
Lalu pergi begitu saja

 

Enam Tahun Lalu

Patah hati ialah duka paling nestapa bagi seorang pecinta sepertiku
Kehilangan seperuh jiwa seperti dihujam begitu banyak tombak
tak tertahankan perihnya
Kemudian kau masuk kembali mencoba berbagai macam peruntungan
Kalau saja aku bisa menjadi bagian dari hidup panjangmu
Kalau saja aku bisa menggenapkanmu
Kau pasti tidak tahu,
Racun hanya membutuhkan penawar
Aku bisa melihatnya hanya dari binar matamu
Bahwa tidak ada satupun penawar yang kau punya
Penawar itu ialah cinta



Empat Tahun Lalu

Ilmu Pengetahuan telah memenuhi dirimu
Aku bisa melihatnya
Lantas kau ceritakan misteri-misteri mengenai organisasi dunia yang begitu keren-menurutmu
Namun buatku hal itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan
Karena teori tersebut, bisa menghancurkan kehidupan yang Tuhan Ciptakan
Akhirnya kita berselisih paham,
Untuk pertama kalinya aku bertengkar soal pandangan yang berbeda

 

Dua Tahun Lalu

Setelah kekacauan terakhir, aku tidak lagi mendapat kabar
Tidak juga berpikir mengenai kabar baik atau burukmu
Masih kutemukan pesan-pesan di salah satu akun sosial mediaku bahwa kau meminta maaf dan ingin memulai lagi pertemanan
Saking lelahnya, akhirnya kau hanya menawarkan untuk datang ke acara yang kau adakan bersama teman organisasimu
Lagi-lagi, aku tidak menggubris

 

Satu Tahun Lalu

Bunga yang mekar pada akhirnya akan layu juga
Begitu juga amarah
Muncul pesan lagi di salah satu akun sosal mediaku
Kau rupanya
Aku pun menyerah untuk marah
Untuk apa pula aku marah?
Awalnya kau hanya ingin kembali menyapa dan menyambung kembali pertemanan
Aku mendengarkan segala apa yang ingin kau ceritakan
Meski aku tahu pertemanan yang kau maksud bukan hanya sekedar pertemanan
Kau bilang aku berada dipuncak tertinggi di suatu gedung kosong. Tidak ada lift
Kau bilang aku berada pada level tertinggi dari suatu game, yang sama sekali tidak bisa kau taktulakan
Baik dulu maupun sekarang
Aku melihat luka
Jauh di lubuk hatimu, ada lubang yang mengaga begitu lebar
Aku bisa merasakannya
karena hidupku ditahun-tahun sebelumnya ialah hidup penuh luka, penuh dengan rasa bersalah, penuh dengan darah ditangan kanan maupun kiri
Aku tambah yakin ketika melihat kedua bola matamu secara langsung
Kau pasti tidak tahu
Aku merasa lega, pada akhirnya kau mengerti bagaimana rasanya mencintai kemudian patah hati
Ini waktu yang tepat untuk menyembuhkan luka, baik kau maupun aku
Dan kau  menemukan penawarmu,
Ialah aku
Ialah kau

Tuesday, April 11, 2017

Musafir Durjana

selangkah lagi kau kan memasuki ruang penuh tahta
di sebagiannya ialah karangan, mawarmu
perlahan kau kan lihat taman perasingan paling durjana
dipenuhi rangkaian bunga penuh balutan duri berisi racun yang kan membunuhmu

katanya kau musafir yang berasal dari gurun Sahara
maka ku perkenalkan, aku

bola matamu sejernih lautan lepas
maka lantas ku tak percaya kau ialah musafir paling kejam seantero jagad raya
baiknya duduklah dahulu dan lihatlah ruang yang baru itu
adakah mungkin ingin kau rampas cantiknya
atau kau rawatlah dengan peluhmu

"Bunuhlah aku." Ucapmu dengan tenang sembari duduk di balik pintu
"Aku hanya pergi untuk berhenti mencintainya, Nona."

malam menjadi amat panjang
kemudian ku tatap lekat-lekat matanya, sekali lagi
lalu adakah lelaki durjana dengan tatapan mata sehangat sekaligus sesendu bidakara langit malam?

Friday, March 24, 2017

Sebait Kau

Ialah kau 
Segelas duka juga nestapa yang telah tersedia di meja makan
Mengunyah perlahan-lahan 
Menjadi gumpalan-gumpalan di dalam rahim ibu 

Cinta ialah nyanyian buih-buih embun
Di situ kau letakkan seluruhnya 
Memisahkan duka dan bahagia 
Menjadi bait-bait rindu 

Ialah kau 
Secarik kertas dengan tinta merah 
Berisi darah dari kisah malam panjang kumbara 

Cinta ialah desau angin berangin malam hari 
Memuncak pada bibir pantai 
Dengan segala luruh hujan

Tengoklah ke belakang 
Atau tataplah mata yang sebening lautan 
Masuklah ke dalamnya 
Kelak ada aku 
yang mencintaimu

Wednesday, March 8, 2017

BFF

Teruntuk, 

Sahabat paling baik sedunia. 

Aku ingin sekali membalas tulisan-tulisanmu untukku. Hanya saja waktu tidak pernah berpihak padaku. Hiks. Baru kali ini lagi aku memiliki kesempatan, jadi silahkan dibaca yah :')

Aku senang sekaligus bahagia, karena kukira selama ini kamu tidak pernah menganggapku se-spesial itu. Tiap kali membaca, aku selalu merasa terharu. Terima kasih. Sudah menganggapku sahabat baikmu bek. Iya, memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Begitu juga dengan kita. Tapi harapku ialah kita selalu memiliki benang untuk tetap tersambung. Setipis apapun benang itu. Tidak apa, asal aku bisa tetap mendengar, membaca semua cerita-ceritamu yang seringkali membuatku takjub. 

Aku senang sekaligus bahagia, kalau kecintaanku pada sastra dan juga seni membuatmu berkembang jauh lebih baik melebihi aku. Setidaknya aku merasa diriku berguna. Terima kasih telah mengingatkanku pernah melakukan hal baik. Jujur, aku sedang kehilangan arah. Ingin sekali berbagi cerita lagi, cerita-cerita yang sering ku pendam sendiri karena entah harus berbagi dengan siapa. Aku juga tidak ingin cerita kita hanya tentang itu-itu saja. Mengenai firasat buruk, mengenai hal-hal yang sering kita bahas. 

Aku senang sekaligus bahagia, kalau aku selalu menjadi segala yang baik untukmu. Harapku selalu sama, semoga harapmu dan harapku akan terus menjadikan kita tetap tersambung, seperti yang kau bilang dulu. Terima kasih, berkat dirimu aku merasa berguna :)

Tertanda, 

Perempuan yang banyak khayal.



Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...