Sunday, August 6, 2017

Sebab Kau

Wangi aroma laut masih menjadi teman baikku

Berisikan segala kenangan akan jejak-jejak yang kian hilang dimakan waktu

Kamu..

Masih menjadi diksi terindah untuk tiap-tiap syair yang aku torehkan

Sayangnya, bagimu cinta ialah dusta paling nista. Sebab kau menghilang

Sebab kau kira cintaku bukan ku jatuhkan padamu

Aku tak akan lagi percaya jika suatu hari nanti kau datang sambil mengaku mencintaiku





Tuesday, August 1, 2017

Mimpi

Ada masa dimana, aku meninggalkan kenangan-kenangan yang telah berlalu 

Ada masa dimana, kemudian ku toleh kembali tiap-tiap jejak yang pernah ku singgahi 

Menjadi masalahnya ialah waktu 

Menunjukkan seberapa tepat, seberapa tidak tepatnya tiap puzzle itu tersusun dengan apiknya 

Barangkali masih ada yang koyak, seperti kursi yang biasa ku gunakan untuk menerima tamu di pojok kiri meja kerjaku

Barangkali sudah ada yang tersusun dengan tepat 

Barangkali.. 

Sudah tertinggal semua perasaan-perasaan yang pernah begitu bergelora kepada satu anak manusia, pun beberapanya 

Barangkali.. 

Sudah jatuhlah hati kepada anak manusia lainnya, membentuk kenangan-kenangan baru layaknya puzzle yang baru saja ingin dimainkan 

Jadi, 

Biarkanlah istirahatmu memunculkan begitu banyak mimpi yang berisi kenangan, 

tentang pahitnya hidup 
tentang manisnya cinta 
juga

tentang aku

Thursday, July 20, 2017

Pendar Waktu



Melipir ditengah hujan basah malam
Memeras segala air mata mendarah
Baunya membusuk meremukkan tulang-tulang
Berlinangan bersama gugurnya kenangan

Katanya, siapa sembunyi ia akan mati
Namun tidak denganku
Luka ialah seibarat tumpukan dedauanan di padang mahsyar
Terus saja menyayat tiap menit terlewat
Mati begitu saja di peraduan kahyangan

Betapa kembali tiada bisa disinggahi, lagi
Cintamu tlah pergi
Mengurungku pada buaian pedih tak berperi
Menggugat kata-kataku
Satu, dua, tiga, enam, delapan
Perbuatan keji yang terbelenggu, di mata beningmu 

Ampuni aku
Wahai pembumi  
Jiwaku terus saja bersemayam pada waktu lalu
Masih bergelut melawan rindu-rindu
Pada tangan yang masih bergandengan
Pada bibir yang terus berpagut di malam redup

Jikalau terus saja menghilang bersarang di telaga warna
Bersama dengan luka dariku yang kau bawa sejauh waktu
Maka sebagaimana aku mampu merengkuh jalan pulang?
Terseok-seok memandu langkah untuk membawa
Cintaku
Rinduku 

Aku ingin kembali

Tuesday, July 11, 2017

Tiga Dekade

Aku mengaitkan seluruh rindu pada permukaan rasaku 
Bahwasanya ia tidak pernah lari kemana-mana 
Terus saja berjelaga dengan duka yang ada

Di malam hari aku bertanya pada rembulan 
Kemanakah pujangga cinta, bulan?
Ia mengatakan 
Sabarlah. Kalau bukan di matamu, mungkin di hatimu.

Lalu dengan segenap rasa
aku terus berdiam diri 
Memupuk segala kenangan agar ia kan bersemi, suatu hari nanti 
Mengatakan pada diriku bahwa tidak apa begini
Sebab akan datang hari aku bertemu dengan diriku sendiri 
Setelah sekian lama berserah pasrah 
Kehilangan arah 

Pada satu dekade 
Dua dekade 
Tiga dekade 

Aku bertemu dengan tangan yang begitu hangat 
Senyum yang begitu menyenangkan 
Mata yang begitu berbinar 
Dan yang terpenting, aku bertemu dengan diriku sendiri 
Berhadapan dengan Hitam dan Putih, sisiku yang tak pernah terlihat 
Oleh kasat mata 

Padahal aku tahu, dia bukan milikku 
Sebab cintanya pada Lebah begitu melekat 

Aku memberanikan diri 
Memberikan seluruhku 
Perasaan yang tidak begitu asing di hadapan 
Memberikan seluruh rinduku yang tak bersarang 

Aku memberanikan diri 
Membelai luka 
Mengobati dengan tangan-tangan basah 
mata airku 

Kemudian 
Pada akhirnya 
Setelah seribu abad aku berjalan, tanpa mengharap 
Aku menemukan 

Diriku dirindukan 

Saturday, June 24, 2017

Gugurnya Senja

Aku melewati senja
Pada jalan yang berguguran dedauanan
Dengan aroma musim gugur

Ada perasaan-perasaan ganjil menghampiri
Menggeletik ketenangan batin yang selama ini berucap baik-baik saja
Yang katanya menolak untuk merintih, sebab hati tidak ingin sedingin musim dingin di kutub utara

Bahwasanya semesta tidak mengharap cinta padaku
Sebab akulah pengemisnya
Mengayuhkan tangan setiap malam berharap didengarNya segala doa
Semusim, 
Pada musim yang dingin

Ialah patah hati menjadi penyebabnya
Segala duka yang mengikis tiap-tiap bahagia yang ada
Kalau saja genggamku tak dilepasnya
Kalau saja air mata, mata airku tak dilepasnya
Maka hatiku masih tetap utuh tak bersisa

Ia baik-baik saja, selama mata tertutup rapat
Telinga pun sama
Juga mulut yang enggan berucap
Sebab cinta ialah segala permata, hati

Namun,
Jikalau tiada bisa berdiri tegak saat padang mahsyar menggampiri, lantas kepada siapa lagi aku bersandar?
Maka maafkanlah segala dosa hati juga sikap yang terpendar, padamu

Tuesday, June 6, 2017

Menunggu ?

Berdukalah
Tanganku tak pernah lekang menghapus air matamu

Berbahagialah
Seolah kau kan menelusuri senja di padang mahsyar

Jatuh cintalah
Bersama dengan hembusan angin yang menerpa wajahmu


Sebab ku lihat kau di perasingan
Tanpa kata

Sebab ku lihat kau di perapian
Menunggu

Ketahuilah
Aku tidak akan pernah datang lagi


Sunday, May 28, 2017

Dimana

Pernah pada suatu hari, hujan badai datang menghampiri sambil berbisik bahwa Pangeran sudah datang. Lantas aku langsung bergegas lari keluar rumah ingin melihat apakah benar binar mata hangat yang datang. Tepat di depanku, berdiri sesosok pria bertubuh tegap dengan mata cokelat sedang menatapku dingin. 
Bukan dia.. 
Bukan dia.. 
Air mataku turun tak tertahankan. Menahan rindu pada kehangatan binar mata juga rengkuhan tangannya.  

Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...