Monday, July 9, 2018

Temu

Bibir ini mengelu, diam terpaku 
Sementara jantung terus saja berdegup kencang 
Menatap kedua bola mata yang menatapku tajam
Tatap matamu masih sama 
Menyiratkan kerinduan yang teramat dalam 
Aku bisa apa?

Aku hanya manusia bumi,
sedangkan kau ialah penduduk Kahyangan
Aku hanya aku, 
tidak lebih dari seorang gadis kecil yang kau temui dipersimpangan jalan 
menuju Kahyangan

Baiknya, masuklah dulu sebentar 
Lepaskan segala rindumu 
Aku akan membiarkanmu malam ini

Namun, 
Dengarkan aku
Janganlah kau menetap esok,
pun seterusnya 
Jangan kau pergi ke bumi, lagi
Meninggalkan tempat bidadarimu tinggal 
Sebab bumi hanya 
membawa kenestapaan
Aku tidak ingin kau merasakan penderitaan ini

Bagaimana mungkin kau bisa mengalami penderitaan tiada akhir ini,
sedang kau mendaptkan kenikmatan dan kecukupan tiada tara dari asalmu tinggal?
Di Kahyangan

Maka dari itu, 
Untuk malam ini saja,
masuklah dulu. 
Pulanglah lagi setelah melepas rindumu 

Sebab bumi akan kemarau.


Sunday, June 17, 2018

Waktu

Baru saja ku rapihkan buku-buku yang tergeletak di atas meja kamarku. Ada satu buku yang sangat mencolok, ia buku jurnal yang pernah diberikan teman SMAku sebagai hadian diulang tahun ke 17 tahun.

Ku buka lembar demi lembar, bait demi bait dalam tulisan yang sudah sangat usang itu. Ku lihat pula tanggal dan tahun yang selalu ku bubuhkan ketika menulis isi jurnal itu.

Kau..
Meski sejauh waktu ku berjalan, terus menjadi diksi dalam tiap bait tulisanku. Seperti nafas yang terhembus tiap hari dalam hidupku. Sudah berapa lama?
Bertahun-tahun lamanya..

Ku tutup buku jurnal itu. Ku temukan ponselku berdering. Ah.. ada pesan rupanya. Iya. Pesan darimu.
Aku baru saja menyudahi hubungan yang begitu pelik. Lalu kau tiba-tiba masuk kembali dalam hidupku menawarkan sebuah jalan bernama masa depan. Masa depan yang didalamnya ada kau dan aku. Memulai kembali sesuatu yang baru, katamu. Padahal dulu, jauh sebelum hari ini kau dan aku pernah berbagi rasa, cerita yang kemudian berakhir begitu saja.

Ya.. baik dulu maupun sekarang kau mampu membuatku goyah. Berkali ku katakan, masa depan itu begitu mustahil. Kau bilang doa yang tulus bisa begitu manjur terkabul. Katamu kau memintaku dalam doamu.

Lantas.. sambil berdoa kau membuat komitmen pula dengan seorang wanita yang entah siapa aku pun tidak mengenalnya. Katamu, selama aku belum yakin kau akan bermain memanjakan diri dengan yang lain. Menurutmu bagaimana aku bisa yakin?

Sudahlah..
Menyerah saja, kau dan aku selalu berada di atas benang tipis yang selalu bisa membuat kita berdua terjatuh kapan saja. Sudah ku katakan, berhenti saja. Jangan memintaku, jangan berdoa untukku dalam hidupmu. Aku benar-benar ingin mengakhirinya.. Dari tahun ke tahun doaku selalu sama, untuk kebahagiaanmu yang tanpaku. Berbahagia dengan yang lebih baik dibanding aku.

Aku tidak ingin, kau berlari tunggang langgang begitu tau aku bukan milikmu. Jadi, bisakah berhenti saja?

Tuesday, June 12, 2018

Secuil Mimpi

Diantara mimpi mimpi itu, ada mimpi dimana aku bisa bersandar dibahumu sambil bercerita tentang gaduhnya pasar yang kudatangi sebelum setibanya kau dirumah. Sambil menggenggam tangan juga mendengarkan detak jantungmu.

Diantara mimpi mimpi itu, ada mimpi dimana aku bisa bernyanyi setiap waktu untuk sekedar menghiburmu dari hari yang sulit. Sambil mengajakmu bernyanyi dan berdansa bersama.

Sambil menyesap teh hangat, ku siap mendengarkan celotehmu, melihat kedalam bola matamu tentang sejuta perasaanmu saat itu.

Aku sudah tidak lagi menjadi warga kahyangan. Telah diusirnya aku dari sana. Maka dari itu begitu banyak mimpi yang tiba-tiba muncul ketika memikirkanmu.

Ironi, kataku.
Tiap kali memikirkan mimpi kecil yang diam-diam mulai memenuhi pikiran. Tidak bisa ku bilang tidak, sebab hati mudah terluka.

Sembari bermipi aku berdoa pada semesta, mengabulkan segala harap, mengabulkan segala doa, agar bisa terus bersamamu dalam suka dan dukaku.

Friday, June 1, 2018

Waktu Pertama Dan Hari Ini

Kamu tahu saat pertemuan pertama kita setelah sekian lamanya itu?
Aku tahu, bahwa kau ingin menarikku masuk ke dalam hidupmu.
Aku tahu, kau begitu penuh ragu waktu pertama kau rengkuh tubuhku.
Aku tahu, kau hanya butuh disembuhkan dari luka yang masih mengaga begitu lebarnya, dari duka berkepanjangan, dari hasrat yang masih terpendam dalam dadamu.
Aku tahu.
Siapa bilang aku tidak tahu?

Tapi, aku adalah manusia yang penuh maaf.
Begitu penuhnya aku lupa luka apa saja yang telah tertinggal pada diriku.
Aku hanya ingat sakitnya saja, aku hanya ingat bekasnya saja.

Buatku, tidak apa-apa.
Tidak apa-apa karena aku pasti akan sembuh.
Lukaku hanya luka kecil yang tidak kentara, bahkan dari raut wajah maupun sorot mataku.
Mana mungkin kau dapat melihatnya sedang kau sibuk menata hatimu sendiri?

Tapi, apa kau tidak lelah dengan kepura-puraan kita selama ini?
Apa karena kau juga sulit melepas egomu itu?
Kita tidak bisa merubah sesal yang sudah terjadi.
Aku juga tidak ingin menyesal, tidak sayang.
Mencintai dengan duka berkepanjangan apa tidak membuatmu jengah? Sedang kau dengan terusnya membohongi diri.
Mengiyakan segala ingin, demi memenuhi hasrat ego pada diri.

Bolehkah aku jujur?
Aku lelah..
Benarkah aku yang dibutuhkan? Untuk apa? Untuk mencintaimu? Atau menerima semua egomu?

Saturday, May 19, 2018

Semesta

Biarkan rindu kutitipkan pada hujan
Biarkan syahdu kasihku, kutitipkan pada nada-nada lagu ditiap musik yang kau alunkan

Agar sampai padamu segala rasa yang membuncah di dada
Agar dapat kau dengar bisikanku disana

Berharap semesta memberikan kesempatan pada dua anak manusia yang sedang jatuh cinta pun menrindu, untuk saling mencintai lagi dan lagi

Bahwasanya yang aku tahu,
Semesta hanya mengabulkan doa dari hati yang tulus, maka dari itu, sudah tuluskah engkau dalam memintaku?

Yang aku juga tahu,
Semesta akan mengembalikan hati pada kepunyaan sesungguhnya, maka dari itu, benarkah aku kepunyaan sesungguhnya?

Sunday, May 6, 2018

Lara.

Katakan aku gila,
Katakan aku biadab
Jalang yang tak tahu arah pulang

Waktu terus menyiksa batin dikedalaman saat semua terasa salah
Bahkan teriak hanya membawaku pada kehampaan

Secarik kertas itu tak berisi apapun jua
Secangkir kopi terlalu sedikit untuk kuseruput pada dinginnya malam
Tuk sejenak menyingkirkan lara

Pun pada akhirnya,
Orang-orang kan meneriaki, mencaci, mendengki

Katakan aku gila,
Katakan aku biadab
Jalang yang tak tahu arah pulang

Aku akan pulang kehadapan Bunda, sambil menangis mengais-ais
Minta dikasihani
Minta diampuni
Agar jiwaku tenang di dunia
Agar kehampaan berisi kecintaan
Pada fana
Juga nyata

Saturday, April 28, 2018

Pernah

Aku pernah menunggu
Sambil berharap-harap cemas
Sambil berucap-ucap doa
Semoga ia baik-baik saja disana

Kemudian pada suatu hari badai datang
Memporak-porandakan
Hatiku
Menjadi berkeping-keping

Nelangsa aku
Betapa kosong dan hampa rasanya hati
Dan aku membenci saat-saat itu
Saat-saat aku menunggu, begitu lama
Sampai hancur menjadi pecahan kenangan yang biasa disebut masa lalu

*

Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan doa-doa
Agar semesta membiarkanku bahagia
Tanpa sesal
Tanpa menoleh kembali pada masa yang menjadikan aku bukan aku yang biasa

Setiap kali malam datang,
Ku panjatkan pula syair-syair
Untuk mengenang duka, menghapus lara
Bahwasanya semesta telah membiarkanku bahagia
Dengan keberadaan yang entah sampai kapan,
Entah sampai dipersimpangan, atau rumah ditepian

Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...