Aku
Sunday, December 18, 2016
Tak Apa, Sayang
Aku
Monday, December 5, 2016
Di Belantara
Air
Hujan
Hujan
Air
Di tanah
Layu
Rusuk
Berduri
Sisa
Hidup
dan
Mati
Berjalan
Jalan
Jalan
Di jalan
Meraung
Aung
Di hutan
Belantara
Tiada
Dusta
Lirih
Lirih
Pedihnya
Sepi
Koyak
Mengoyak
Meronta
Meminta
Ah!
Sudah biasa
Melapas
Cengkram
Di tangan
Sudah..
Sudah..
Pergi
Yusi,
05 Desember 2016
Sunday, November 27, 2016
Bagaimana Jadinya?
Kau pernah mengatakan, "apa jadinya hidupku tanpa kamu?". Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu. Karena aku tidak tahu seberapa dalam kau menyelami perasaanmu sendiri. Tapi kalau pertanyaan itu ku suguhkan untuk diriku sendiri, maka jawaban yang paling tepat adalah Berat.
Kalau hidupku kemudian berubah menjadi sendiri lagi, aku masih tetap bisa bernafas, menjalani segalanya layaknya hari-hari biasanya. Namun Sayang, hidupku telah begitu berat. Denganmu segalanya terasa lebih ringan juga tepat. Karena aku tahu akan ada pelukan hangat untuk membuatku merasa lebih tenang. Akan ada pundak untukku bersandar tiap kali aku merasa lelah. Akan ada tangan yang siap mengusap segala tangis karena lemahnya diri ini dalam menjalani hidup. Tapi yang membuatnya menjadi lebih ringan ialah hanya kehadiran dirimu. Kalau kau pergi begitu saja, menghilangkan "kita" menjadi aku dan kamu, maka tidak akan ada kata bersama. Dan itu membuat segalanya akan menjadi lebih berat, dan berat lagi.
Bagaimana mungkin kau mampu melewati harimu yang tanpa aku? Tidak akan ada ucapan Selamat Pagi, pun Selamat Tidur. Tidak akan ada yang mengoceh tentang jam tidur atau pun pola makanmu yang selalu membuatku geleng-geleng kepala. Tidak akan ada yang mendengarkan segala cerita-ceritamu, pun mimpimu di malam hari yang sering kali membuatku merasa takjub. Tidak akan ada lagi yang mengusap keringatmu dengan tisu ataupun handuk karena kelelahan menempuh perjalanan. Tidak akan ada yang menemanimu berdebat mengenai teori-teorimu yang terkadang begitu tajam, atau perdebatan kecil yang begitu panjang. Tidak akan ada yang menemanimu pada acara-acara pentingmu lagi. Tidak akan ada yang mencubit tubuhmu yang gempal karena lemak yang berlebih, padahal sebetulnya aku hanya gemas saja. Tidak akan ada lagi acara makan-makan yang selalu rutin kita lakukan tiap minggunya, atau acara jalan-jalan yang biasa kita lakukan untuk melepas rindu. Tidak akan ada senja sore hari yang kita lihat di bibir pantai. Tidak akan ada lagi tangisku karena kesal akibat tingkahmu yang kadang membuatku tidak tahan. Tidak ada lagi pembicaraan ringan pun berat mengenai langkah apa yang selanjutnya kita lakukan untuk hidup ke depannya, mengenai visi juga misi hidup yang kan kau maupun aku tempuh. Tidak akan ada lagi "kita" dalam hari-hari yang kan terlewati.
Menunggumu datang ialah kesukaanku. Dengan begitu akan ada cerita-cerita baru yang akan menambah daftar kenangan kita nantinya. Hidupku yang tanpa kamu ialah hidup tanpa kita, kau pun mungkin tahu bagaimana rasanya pun jadinya. Lalu bagaimana hidupmu yang tanpa aku, Sayang?
Saturday, October 15, 2016
Apa Lagi?
[Lyrics] Ain't My Fault - Zara Larsson
(Oh my, oh my, oh my...)
Oh my, oh my, oh my
Oh my, oh my, oh my, oh my!
It ain't my fault you keep turning me on
It ain't my fault you got, got me so gone
It ain't my fault I'm not leaving alone
It ain't my fault you keep turning me on
I can't talk right now, I'm looking and I like what I'm seeing
Got me feeling kinda shocked right now
Could've stopped right now, even if I wanted
Gotta get it, get it, get it, while it's hot right now
Oh my god, what is this
Why you all in my business
Baby I insist, please don't blame me for what ever happens next
No I, can't be responsible
If I, get you in trouble now
See you're, too irresistible
Yeah that's for sure
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault you came here looking like that
You just made me trip, fall, and land on your lap
Certain bad boy swoon, body hotter than a sun
I don't mean to be rude, but I look so damn good on ya
Ain't got time right now, missed me with the what's your name, your sign?
It's out of time, I just called an Uber and it's right outside
Oh my god, what is this
Why you all in my business
Baby I insist, please don't blame me for what ever happens next
No I, can't be responsible
If I, get you in trouble now
See you're, too irresistible
Yeah that's for sure
So if I put your hands where my eyes can't see
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)
Baby one, two, three
Your body's calling me
And I know wherever it is
Is exactly where I wanna be
But don't blame me
It ain't my fault
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (oh my, oh my, oh my)
So if I put your hands where my eyes can't see
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault you got me so caught
It ain't my fault you got me so caught
(Oh, well that's too bad it ain't my fault...!)
Wednesday, October 12, 2016
[Puisi] Bising
Tuesday, September 27, 2016
Bukan Mengenang-mu
Mengais, mengecap segala apa yang kau jatuhkan padaku, termasuk senyum itu
Tidak ada lagi bayang maupun nyatamu
Seperti dulu ketika 'kita' masih baik-baik saja
Karena hanya dengan begitu,
Tidak akan ada tangis lagi disetiap malamnya
Bersamaan dengannya datang padaku seorang candu
Berlama-lama denganku untuk memintal segala macam dunia yang baru
Karena hanya dengan begitu,
Aku merasa begitu dicinta
Friday, September 16, 2016
Di Batas Waktu
Saturday, September 10, 2016
Perpisahan dan Pertemuan
Aku ingin sedikit bercerita mengenai perpisahan.
Baru beberapa jam lalu ada sebuah pesan masuk di instagram, ku buka isi pesannya. Ternyata dari salah seorang sepupuku dari pihak Papa. Anisa namanya. Ia adalah sepupu yang memiliki umur tidak jauh berbeda denganku. Dulu kami sangat dekat. Selalu bermain, bercerita dan berbagi bersama. Kalau ada kesempatan, aku bersama mama dan papa berkunjung ke rumahnya untuk bermain bersama. Juga sebaliknya.
Lalu tadi, saat saling mengirim pesan, akhirnya kami bertukar kontak untuk saling berkomunikasi lagi. Sudah lama sekali sejak pertemuan terakhirku dengannya dan juga keluarga besar lainnya. Ingin sekali kembali ke masa lalu untuk bermain, menghabiskan waktu bersama.
Mengintip sedikit kehidupannya dengan sepupu-sepupuku yang lain, rasanya rindu itu kembali merasuk ke dalam dada. Menyeruak memintaku untuk membuka kenangan yang telah lama tersimpan. Mengenai masa kecil yang begitu memabukkan, bersama mereka.
Kemudian malam ini aku sadar, bahwa perpisahan antara kedua orang tua bisa memutuskan silaturahim di antara anggota keluarga besar. Tidak dapat berkontak lantaran saling menjaga perasaan, dan juga kecanggungan yang terjadi akibat konflik berkepanjangan yang melibatkan seluruh keluarga besar.
Malam ini aku sadar, bahwa benar adanya kalau waktu dapat menyembuhkan segala luka yang ada. Dengan seiringnya waktu, beberapa di antaranya lupa bahwa pernah ada peristiwa yang pada saat itu terasa tiada ujungnya.
Kami, yang pada saat itu hanya menjadi anak-anak terpaksa mengikuti alur kemana orang tua kami berjalan. Seperti anak ayam yang terus mengikuti induknya. Tanpa sempat saling menyapa atau pun bertukar kata.
Lalu ketika waktu berlalu kami telah tumbuh menjadi seseorang yang sedikit lebih dewasa. Memiliki jalan kehidupan sendiri, hasil dari keputusan-keputusan yang telah kami pilih dari masa lalu. Ketika waktu mempertemukan kami kembali, ingatan-ingatan kecil nan hangat muncul satu per satu. Kenangan yang masih sangat segar dalam ingatan.
Ya. Setiap perpisahan selalu memiliki dampak bagi setiap elemen yang terkait. Meski sempat ada cerita mengenai perpisahan, kalau Tuhan berkehandak lain maka akan ada saatnya pertemuan itu tercipta lagi. Pertemuan kesekian untuk cerita yang baru. Bukan lagi mengenai masa kecil yang begitu menggairahkan. Tetapi mengenai masa kini yang begitu kan dirindukan.
Monday, August 29, 2016
Menghitung Waktu
Berharap pagi cepat menghampiri
Kemudian ketika pagi datang, kuhitung tiap menit kedatanganmu
Berharap pelukan akan sampai kepada tempatnya
Doa mengenai berhasilnya hal-hal baik yang kau upayakan
Doa megenai harapan-harapan yang kau bawa dalam langkah perjalanan
Meski tiada pernah kau tau betapa menyiksanya sepi sendiri menanti kabar yang tak kunjung datang
Berharap kau baik-baik saja disana
Meski tiada pernah terpikir olehmu bahwa merajut waktu dalam diam adalah sebuah kepenatan luar biasa yang berlalu dalam hariku
Kalau kau mau, aku bisa menjadi rumah untuk segala luka yang telah kau bawa dari persimpangan jalan
Menjadi tempat berteduh dari segerumulan resah di dada
Menjadi segala yang kau harapkan
Namun rinduku kini ialah mengenai kapan kau pulang
Pulang ke dalam pelukan
Pulang dalam dekapan
Monday, August 22, 2016
Untuk Orang Paling Cantik Sedunia; Mama
Aku tau, ada begitu banyak celotehan yang kau dengar tentang aku. Bahwa aku begini, bahwa aku begitu. Mendengar cibiran mengenai kurangnya aku dalam banyak hal. Tapi mengapa harus kau dengar bulat-bulat apa yang mereka katakan? Tidakkah kau tau bahwa aku bukan seperti yang mereka bicarakan? Ya. Aku membela diri. Karena tidak pernah kau dengar kata yang ku ucapkan, maupun sikapku yang sulit sekali kau percayai.
Ma, aku tau begitu banyak luka yang telah kau dapatkan di kehidupan yang mengerikan ini. Aku tidak akan berpura-pura tau bagaimana rasanya. Tetapi aku dapat memahami bahwa luka selalu kan kau bawa sampai mati. Namun perihal mempercayai, tidakkah bisa percaya padaku? Aku tidak memiliki siapapun di dunia ini selain mama.
Mereka mungkin saja berkata begini dan begitu, tapi apakah mereka memberimu makan? Memberimu uang untuk sekedar makan siang? Tidak bukan? Lalu mengapa begitu kau dengar cibiran mereka mengenai aku?
Ya, kita memang begini. Terlalu sibuk, terlalu hanyut dalam dunia yang kita ciptakan sendiri. Aku terlalu terbuai sampai lupa bahwa aku punya wonder woman paling cantik sedunia. Wonder woman yang rela memberikan seluruh dunianya untukku. Wanita paling kuat yang pernah ada dalam kehidupanku, yang selalu mengajarkan bahwa meski hidup penuh luka hidup tetap harus berjalan ke depan. Mengajarkan ku banyak hal bahwa keterpurukan bukan sesuatu yang lantas membuat kita lupa bahwa hakikatnya manusia adalah terus berjalan. Kalau terjatuh, harus tetap bangun dan berjalan lagi. Memperbaiki yang telah ada atau membuka kesempatan untuk hidup yang baru.
Tidak ada yang dapat menggantikan posisi paling penting itu dalam kehidupanku. Meski aku memiliki ibu baru yang seratus kali lebih baik dalam memperlakukanku. Tidak ada yang setepat mama dalam mengajarkan ku banyak hal. Bukan melalui kata-kata lembut yang sering di lakukan ibu-ibu lain terhadap anaknya, namun melalui tindakan-tindakan nyata.
Dalam kehidupanmu mungkin aku adalah salah satu anak yang kau lahirkan kedunia ini, yang memiliki kenakalan tingkat akut hingga membuatmu sering naik darah. Seorang anak yang bahkan tidak dapat menjaga nama baik keluarga hanya karena sering pulang larut malam dengan di antar laki-laki yang notabene hanya sekedar "temannya".
Aku tidak akan membantah apapun. Perihal mempercayai, aku
tidak bisa memaksakan pilihanmu untuk percaya pada siapa. Darimu aku belajar untuk bisa selalu menjaga diri. Selalu menjaga batasan dari apa yang di lakukan. Namun ma, aku hanya memiliki mama di dunia ini. Kalau bahkan kau (satu-satunya orang yang ku miliki di dunia ini), tidak bisa percaya pada apa yang aku lakukan, lantas kepercayaan siapa lagi yang harus ku dapatkan?
Sunday, August 14, 2016
Surat; Untuk Si Pemegang Kalung Setengah Hati
Ku penuhi janjiku menulis surat untukmu. Mungkin tak pernah kau sadari, bahwa hidupku sebelum hari ini, adalah hidup penuh perasaan bersalah, penuh luka, penuh duka sebab kehilanganmu. Aku tidak bisa menahan tangis, atau sendu tiap kali terbangun di tengah malam karena memimpikanmu. Mungin aku rindu. Pada senyum, atau rengkuhan hangatmu itu. Ada begitu banyak malam yang ku lalui sebelum hari ini, mengingat tiap detail hari yang pernah kita lalui bersama. Lalu aku menangis, meski dalam hati. Merindukanmu adalah luka paling indah yang pernah aku dapatkan. Tuhan menciptakanmu untuk mengajarkanku bahwa cinta tidak selalu berakhir manis. Ada akhir yang seperti kita juga. Maafkan aku melukaimu dengan sikap tak acuhku pada kehidupanmu yang sebenarnya selalu ku intip tiap waktu. Berharap kalau kau baik-baik saja. Maafkan aku, mengatakan ini melalui surat yang kelak kan kau baca.
Baru-baru ini kutemukan bahwa kau menemukan bahagiamu. Aku merindukanmu sekali lagi, waktu itu. Kau tau? Apa yang membuatku merasa bersyukur dari kebahagiaan yang kau miliki saat ini? Bahwa kau menemukan seseorang yang jauh melebihi aku, dalam memperlakukanmu. Membuatmu begitu berharga, menerima segala yang ada pada dirimu. Jujur saja, aku merasa lega...
Lega karena akhirnya kau menemukan bahagiamu. Dengan begitu kau tidak perlu merasa takut akan sepi, tidak perlu merasa takut akan sendiri. Sebab ada seseorang yang akan membelai tiap luka yang kau lalui dalam kehidupan. Lega akhirnya kau tidak perlu merasa takut terluka. Lega pada akhirnya aku bisa dengan yakin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja..
Perlu kukatakan, aku baik-baik saja. Ada seseorang yang akhirnya jatuh cinta padaku. Ia juga selalu menjadi kebahagianku, saat ini.
Jadi mari kita lepaskan luka yang selalu membekas tiap kali mengingatnya. Aku tidak tau, apa luka itu masih membekas untukmu? Luka sebab kehilangan, luka sebab ditinggalkan. Kuakui apa yang aku lakukan memang jahat untuk hidupmu. Tapi harus aku akui, hanya itu yang bisa kulakukan. Maafkan aku. Jadi mari lepaskan luka. Kelak kalau kau dan aku bertemu, mari bercerita mengenai kebahagiaan yang didapatkan. Mari berbincang mengenai kehidupan.
Selamat berbahagia. Kudoakan semua yang terbaik untukmu, selalu.
Sekali lagi, berbahagialah.. Kutunggu undangan dan kabar baik darimu.
-Dari aku, si penerima kalung setengah hati
Monday, August 8, 2016
Pengembara Malam
Hai, pengembara malam. Bertemu lagi diujung waktu. Mendekati jamnya bermanja-manja dengan kenangan yang telah kamu lalui hari ini, pun hari-hari lalu. Mungkin kamu-kamu sedang mendengarkan musik sambil menyesap kopi atau coklat panas, membaca sambil mengenang rindu-rindu yang tersimpan untuk dikenang diujung waktu. Atau mungkin kamu sedang berlenyeh-lenyeh ria, menikamati waktumu sambil membaca tulisanku, tersenyum-senyum mengingat bahwa aku dan kamu pernah melalui waktu, di masa lalu.
Tulisanku kali ini tidak untuk kudedikasikan untuk orang tertentu. Hanya saja, kali ini aku ingin menulis sambil membagi rinduku. Rindu pada sebagian memori yang telah berlalu.
Mengenai masa-masa kecil dengan mimpi yang begitu menggairahkan. Mengenai permainan-permainan yang tidak pernah absen ku ikuti di halaman depan rumah. Mengenai kamu-kamu yang pernah dan telah berbagi kebersamaan bersama. Mengenai pelajaran-pelajaran yang tidak bisa ku dapatkan, bahkan dari bangku sekolah maupun perkuliahan. Mengenai persahabatan, pun pengkhianatan. Mengenai jatuh cinta, pun putus cinta. Juga mengenai senja yang begitu menghangatkan.
Semua yang telah terlewatkan tak luput dari orang-orang yang Tuhan anugerahkan untuk memberikan pembelajaran dan juga kenangan. Di setiap yang terlewatkan selalu saja meninggalkan bekas, terasa maupun tidak, namun selalu ada rindu menemani bekas-bekas itu. Aku selalu bersyukur bahwa Tuhan memberiku jalan berliku, membiarkan aku merasakan begitu banyak perasaan hingga aku bisa menyadari bahwa aku juga bagian dari kehidupan yang Tuhan ciptakan. Bahwa aku ada, aku ada untuk menjadi bagian dari kehidupan orang lain. Bahwa aku ada, aku ada pada kenangan beberapa orang yang Tuhan hadirkan dalam kehidupanku.
Malam ini aku rindu, pada sebagian kenangan yang telah terlewat. Bertemu dan berpisah dengan seseorang adalah hal paling lumrah dari sebuah hubungan. Apapun jenisnya. Baru-baru ini, kenangan-kenangan indahku mulai bertambah. Itu karena aku bertemu seseorang yang dengannya aku bisa terus merasakan hangatnya senja. Melihat kemuning senja bersamanya adalah hal yang paling kusukai. Dengan begitu, ketika sore aku tak bersamanya, aku masih bisa melihatnya dengan jelas dalam ingatan, hanya dengan melihat kemuning senja.
Sekali lagi aku bersyukur, bahwa sekali lagi aku di ijinkan untuk meninggalkan jejakku pada orang lain. Yang dengannya kenangan begitu segar dalam ingatan. Yang dengannya aku yakin aku takkan begitu saja dilupakan.
Aku yakin, sangat yakin. Bahwa siapapun kamu yang membaca tulisanku malam ini, adalah orang-orang yang memiliki kenangan pun rindu didalamnya. Tidak perlu memikirkan luka yang selalu hadir dibalik rindu dan kenangan. Ia tak lebih dari luka yang perlu kau belai lembut dan penuh kasih. Dengan begitu kamu akan menikmatinya, bersama dengan rindu-rindu yang selalu kau simpan dalam malam.
Menangislah kalau kau ingin menangis, tertawalah, berteriaklah.
Tak masalah,
Selama akhirnya adalah kau merasa bahagia.
Karena menemukan kebahagiaan perlu melalui berbagai macam luka.
Kelak ketika menemukan bahagiamu, pastilah rindu dan lukamu bukanlah apa-apa selain pelajaran hidup.
Jadi bergegaslah,
berbagaialah,
hai pengembara malam ~
Thursday, August 4, 2016
Khayangan
Mari jalan lihat temaram
Siluet-siluet indah bertebaran, memanggil ke pangkuan
Berpestalah dengan bintang
Ia kan ceritakan bahwa duka masih panjang
Pun kesenangan
Bukan hanya kau merasa dan alami badai digurun pasir khayangan
Aku, mereka selalu mengais-ngais pada Ia untuk Pulang kala badai datang
Meminta tempat berteduh barang waktu sepersekian
Karena bukan kau saja, namun sebagian penduduk khayangan tau bahwa tidak ada jalan mudah untuk Pulang
Jadi nikmati saja malam-malam panjang
Bersama aku juga bintang
Disini malah tak kau dapati ruang untuk meletakkan segala rindu
Begitu sepi
Begitu sendiri
Ikutlah berpesta
Melihat semesta dengan segala macam rupa
Kalau kau takut,
aku pasti selalu ada
Untuk sekedar meneduhkanmu
Atau menjadi rumah bagi segala rindumu
Monday, August 1, 2016
Neraka
Friday, July 29, 2016
Cerita Masa Muda
Thursday, July 28, 2016
Malam
kau kan temukan bintang temaram
Menembus, menikam jantungmu
Membisukan bibirmu yang kelu
Tak pelak kau ucap,
sedu sedan itu
Melumpuhkan tiap saraf beku
Lantas ku kecup inci demi inci,
mengalirkan gairah yang kian bergemuruh
Ah,
malam memang panjang
Tiada bisa kau tahan dengan lembut jemariku
Membelai luka-luka yang kau bawa pulang
Tidak,
tidak usah kau tahan
Temaram bintang kan kau temukan dipersimpangan malam
Dua bola mataku pun bisa menjadi rumah untukmu singgah
Mengelu-elukan barisan ketiadaan fikir yang memabukkan
Disitulah kau rengkuh hangat tubuh hingga malam berganti fajar
Membuyarkan lukamu yang nanar
Menggantikannya dengan surga yang kau temukan pada bintang temaram
Lalu kau kembali pada tiap malam
Pada bintang
Pada temaram
Friday, July 22, 2016
Hujan dan Senja
.
.
.
Ada bagian-bagian dimana aku merasakan hidup. Tidak memerlukan topeng atau menutupi 'aku' yang sebenarnya. Cukup menjadi aku tanpa baju zirah, tanpa embel-embel gengsi dan sebaginya. Cukup menjadi aku. Orang bilang, seseorang harus pergi dari orang yang paling buruk agar tidak terjangkit keburukannya. Seperti penyakit menular, seseorang harus pergi agar tidak tertular. Orang bilang, tidak ada kesempatan kedua dari sebuah kesalahan yang sudah pernah terjadi. Bisa saja kesalahan tersebut akan terulang di masa depan ketika ada kesempatan.
Ya, orang bilang begini dan begitu. Aku pun 'sempat' berpikir begitu. Namun ketika ku pikir sekali lagi, bahkan orang-orang yang terjangkit penyakit menular sekalipun memiliki hak untuk terus hidup. Berhak mendapatkan kesempatan untuk kembali pulih. Tidak seorang pun mau terus merasa sakit dan terbuang. Tidak ada.
Bagi orang-orang itu, yang dibutuhkan adalah kesempatan untuk melakukan yang terbaik untuk terlepas dari penyakitnya, yang dibutuhkan adalah kepercayaan untuk terus mau berlaku baik untuk menghapus segala 'katanya'. Buatku, asalkan bisa merasakan hangatnya senja sore hari bersamanya, aku akan memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik kedepannya.
.
.
.
Seperti hujan, ia terus saja berjatuhan. Menurunkan rintik-rintik yang tiada pernah tau berapa banyak jumlahnya. Ia memang terus saja berjatuhan, namun kau pasti tau berapa banyak manfaat yang ia tinggalkan. Seperti kesalahan, ia selalu datang juga untuk memberikan pelajaran.
Ya, "Every person make mistakes, and life must go on."
First
Sebetulnya, masih bingung banget mau menulis tentang apa. Karena ini pertama kalinya gue nulis di blog. Biasanya semua tulisan gue, ya gue simpen sendiri aja. Buat konsumsi pribadi. Karena gue ngga terlalu effort untuk menulis di dunia maya. Hari ini baru mulai memberanikan diri, karena ada seseorang yang -jujur aja- mendorong dan memotivasi gue untuk nge-blog meskipun rasanya udah ketinggalan banget.
Mungkin untuk pertama gue akan memperkenalkan diri gue. Seorang mahasiswi tingkat II disebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Jakarta, yang sebetulnya ngga punya banyak hobi. Sama seperti kebanyakan anak lain di seusia gue, suka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, sambil mempelajari banyak hal. Ya bisa dibilang 'sambil menyelam minum air' lah.
Sebenernya ada banyak banget yang mau gue ceritain, kayak misalnya sahabat-sahabat gue (upit, louis, maftuh, liana), sama seseorang yang sudah memotivasi gue untuk mulai nge-blog.
Tapi karena ini baru permulaan, dan ini bener-bener baru coba banget, jadi yasudah ya. Gue akhiri dulu postingan pertama gue yang ngga penting ini.
See you soon! ^^
Your Twinflame
Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...
-
Hujan rintik-rintik Deras kemudian Angin kencang di luar Aku gigil Lampu rumah mati Sembunyi aku dibalik selimut hangat Samar-samar ku deng...
-
Tetes Air Hujan Hujan Air Di tanah Layu Rusuk Berduri Sisa Hidup dan Mati Berjalan Jalan Jalan Di jalan Meraung Aung ...
-
Jalan lenggang tak bertuan Mari jalan lihat temaram Siluet-siluet indah bertebaran, memanggil ke pangkuan Sudah, tinggalkan penat Be...