Sunday, December 18, 2016

Tak Apa, Sayang

Ingatkah kau dengan lembayung senja yang sering kita nikmati pada akhir minggu? Rasa semilir angin, suara deburan ombak. Semua terasa sempurna. Begitu indah.

Ingatkah kau dengan bintang-bintang malam yang kita lihat di bibir pantai waktu itu? Katamu sebetulnya ada jutaan bintang di langit malam, hanya saja awan terlalu jahat karena hanya menunjukkan sedikit bintangnya.

Ingatkah kau dengan rintik hujan yang sering kita lewatkan berdua? Pada perjalanan panjang. Katamu meneduh lebih baik. Kataku, apa salahnya menerjang rintik hujan sambil bernyanyi di dalamnya?

Ingatkah kau dengan isak-tangis yang kau keluarkan sendiri? Ditengah kerumunan orang banyak. Di tampat gelap yang ramai di duduki orang-orang. Katamu kau tak sanggup untuk kehilangan.

Ingatkah kau dengan jejak-jejak yang kita tinggalkan berdua, pada hari kemarin yang menjadikannya sebentuk kenangan untuk hari ini?

Ya, bentuk kenangan yang buatmu mungkin tak ada artinya. Aku hanya sekeping koin yang kau gunakan untuk mencapai tujuanmu sendiri. Tak apa. Kau tahu aku wanita yang sangat kuat. Karena aku menyimpan kenangan itu erat-erat. Menyimpan dalam kotak memori yang begitu cantiknya.

Aku juga tidak ingin kehilangan, sebetulnya. Namun kalau kau terus memaksaku untuk pergi, aku juga tidak akan memaksamu untuk pergi dengan tenang. Ingat Sayang. Aku masih tetap mencintaimu meskipun tanpa rumah. Berkelanalah. Nikmatilah kebebasanmu. Aku tak ingin merengkuhmu dengan luka-luka yang begitu pahit. Aku hanya ingin menjadi rumah untukmu pulang, dari perjalanan hidup yang panjang.

Lalu kalau pada akhirnya dengan segala upaya yang ku lakukan, kau juga tak kembali pulang, maka aku akan benar-benar pergi, Sayang. Tak mungkin menunggumu seribu tahun hanya untuk melihatmu bercinta dengan bidadari Sorga. Pasti kau tidak tahu betapa pedihnya. Pasti kau tidak merasakan pahitnya. Karena hanya dengan begitu kau mudah untuk tersesat dalam perjalananmu sendiri.

Tak apa kalau kau memang masih ingin menikamku dari belakang. Tak apa kalau kau sering kali dengan mudahnya menghempas kenangan kita yang sudah berlalu. Tak apa kalau kau masih ingin terus menusukku dengan pisau yang begitu tajamnya. Tak apa kalau kau masih terus berusaha mengambil banyak keuntungan dariku. Tak apa kalau kau memang masih ingin memonopoliku. Tidak apa.

Aku masih disini, masih terus disini.

Aku bukannya mencintaimu,


Aku

hanya


membutuhkanmu.

Monday, December 5, 2016

Di Belantara

Tetes
Air
Hujan

Hujan
Air
Di tanah

Layu
Rusuk
Berduri

Sisa
Hidup
dan
Mati

Berjalan
Jalan
Jalan
Di jalan

Meraung
Aung
Di hutan

Belantara
Tiada
Dusta

Lirih
Lirih
Pedihnya

Sepi
Koyak
Mengoyak

Meronta
Meminta

Ah!
Sudah biasa

Melapas
Cengkram
Di tangan
Sudah..
Sudah..

Pergi


Yusi,
05 Desember 2016

Sunday, November 27, 2016

Bagaimana Jadinya?

Menunggumu datang ialah kesukaanku. Menghitung dalam hening menit pun detik yang berlalu. Menunggu dengan sabar agar bisa melihat senyummu lagi, melihat ketulusanmu dalam menggenggam tanganku. Dengan begitu entah mengapa segalanya terasa begitu tepat. 

Kau pernah mengatakan, "apa jadinya hidupku tanpa kamu?". Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu. Karena aku tidak tahu seberapa dalam kau menyelami perasaanmu sendiri. Tapi kalau pertanyaan itu ku suguhkan untuk diriku sendiri, maka jawaban yang paling tepat adalah Berat

Kalau hidupku kemudian berubah menjadi sendiri lagi, aku masih tetap bisa bernafas, menjalani segalanya layaknya hari-hari biasanya. Namun Sayang, hidupku telah begitu berat. Denganmu segalanya terasa lebih ringan juga tepat. Karena aku tahu akan ada pelukan hangat untuk membuatku merasa lebih tenang. Akan ada pundak untukku bersandar tiap kali aku merasa lelah. Akan ada tangan yang siap mengusap segala tangis karena lemahnya diri ini dalam menjalani hidup. Tapi yang membuatnya menjadi lebih ringan ialah hanya kehadiran dirimu. Kalau kau pergi begitu saja, menghilangkan "kita" menjadi aku dan kamu, maka tidak akan ada kata bersama. Dan itu membuat segalanya akan menjadi lebih berat, dan berat lagi.

Bagaimana mungkin kau mampu melewati harimu yang tanpa aku? Tidak akan ada ucapan Selamat Pagi, pun Selamat Tidur. Tidak akan ada yang mengoceh tentang jam tidur atau pun pola makanmu yang selalu membuatku geleng-geleng kepala. Tidak akan ada yang mendengarkan segala cerita-ceritamu, pun mimpimu di malam hari yang sering kali membuatku merasa takjub. Tidak akan ada lagi yang mengusap keringatmu dengan tisu ataupun handuk karena kelelahan menempuh perjalanan. Tidak akan ada yang menemanimu berdebat mengenai teori-teorimu yang terkadang begitu tajam, atau perdebatan kecil yang begitu panjang. Tidak akan ada yang menemanimu pada acara-acara pentingmu lagi. Tidak akan ada yang mencubit tubuhmu yang gempal karena lemak yang berlebih, padahal sebetulnya aku hanya gemas saja. Tidak akan ada lagi acara makan-makan yang selalu rutin kita lakukan tiap minggunya, atau acara jalan-jalan yang biasa kita lakukan untuk melepas rindu. Tidak akan ada senja sore hari yang kita lihat di bibir pantai. Tidak akan ada lagi tangisku karena kesal akibat tingkahmu yang kadang membuatku tidak tahan. Tidak ada lagi pembicaraan ringan pun berat mengenai langkah apa yang selanjutnya kita lakukan untuk hidup ke depannya, mengenai visi juga misi hidup yang kan kau maupun aku tempuh. Tidak akan ada lagi "kita" dalam hari-hari yang kan terlewati. 

Menunggumu datang ialah kesukaanku. Dengan begitu akan ada cerita-cerita baru yang akan menambah daftar kenangan kita nantinya. Hidupku yang tanpa kamu ialah hidup tanpa kita, kau pun mungkin tahu bagaimana rasanya pun jadinya. Lalu bagaimana hidupmu yang tanpa aku, Sayang? 

Saturday, October 15, 2016

Apa Lagi?

Bermuara kemanakah jalanmu, Sayang?
Ke Sorgakah? 
Atau Neraka? 
Tak adakah jalan lain yang kan kau tempuh? 
Akan ku bantu sesuai dengan apa yang kau ingini 

Begitu pula dengan kejutan-kejutan yang kau lakukan 
Dengan menghantam 
Pun menghujam 

Bukan
Itu sama sekali bukan apa-apa 
Tidak terasa sakitnya 
Tidak terasa nyerinya 
Luka pun tidak 

Akulah wanita terkuat itu 
Tak sedikitpun melebur dengan luka 
Justru tumbuh dengan nelangsa 

Ha-ha-ha 

Akulah petunjuk jalan itu!
Ke Sorgakah? 
Atau ke Neraka?
Cepat katakan padaku, Sayang!

Katakan saja padaku
Apa lagi yang kau ingini? 
Selain jalan terjal tak berujung itu? 
Selama aku masih menyanggupinya 

Sebelum lukaku menyembur keluar 
Sebelum mata airku turun menjalar 
Sebelum langkahku semakin melebar 

Sebab jika itu terjadi 
Aku pun mati 
Mati 
Mati 
Mati

[Lyrics] Ain't My Fault - Zara Larsson

[Zara]
(Oh my, oh my, oh my...)
Oh my, oh my, oh my
Oh my, oh my, oh my, oh my!

It ain't my fault you keep turning me on
It ain't my fault you got, got me so gone
It ain't my fault I'm not leaving alone
It ain't my fault you keep turning me on
I can't talk right now, I'm looking and I like what I'm seeing
Got me feeling kinda shocked right now
Could've stopped right now, even if I wanted
Gotta get it, get it, get it, while it's hot right now
Oh my god, what is this
Why you all in my business
Baby I insist, please don't blame me for what ever happens next

No I, can't be responsible
If I, get you in trouble now
See you're, too irresistible
Yeah that's for sure

So if I put your hands where my eyes can't see
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault

It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)

It ain't my fault you came here looking like that
You just made me trip, fall, and land on your lap
Certain bad boy swoon, body hotter than a sun
I don't mean to be rude, but I look so damn good on ya

Ain't got time right now, missed me with the what's your name, your sign?
It's out of time, I just called an Uber and it's right outside
Oh my god, what is this
Why you all in my business
Baby I insist, please don't blame me for what ever happens next

No I, can't be responsible
If I, get you in trouble now
See you're, too irresistible
Yeah that's for sure

So if I put your hands where my eyes can't see
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault

It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)

Baby one, two, three
Your body's calling me
And I know wherever it is
Is exactly where I wanna be
But don't blame me
It ain't my fault

It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (oh my, oh my, oh my)

So if I put your hands where my eyes can't see
Then you're the one who's got a hold on me
No I can't be responsible, responsible
It ain't my fault

It ain't my fault (no, no, no, no)
It ain't my fault (no, no, no, no)

It ain't my fault you got me so caught
It ain't my fault you got me so caught

(Oh, well that's too bad it ain't my fault...!)

Wednesday, October 12, 2016

[Puisi] Bising

Bisingnya 
Bisingmu 
Menyeruakkan kalimat yang tiada henti 
Mendobrak segala resah 
Sampai pada kata terakhir 

Kembalillah 
Medan perang 'tlah usai 
Usang dimakan waktu 
Perburuan pula tiada terbentang 
Sampai fajar menjulang 

Enyah saja 
Kau begitu tak berguna 
Di perang 
Di buaian 
Di pelataran 
Berleha-leha sepuasnya

Pikirmu bola duniamu hanya satu? 
Lalu bagaimana denganku? 
Pun mereka? 

Diam saja tak berkutik?
Atau 
Meronta seperti serigala kelaparan?

Katakan padaku dengan bisingmu itu 
Menafikkan segala pikir 
Menggoyahkan segala imaji 

Padahal jalanmu tak fana 
Padahal tendamu itu sungguh jelas 

Lantas 
Mengapa bisingmu masih saja dipertanyakan?

Tuesday, September 27, 2016

Bukan Mengenang-mu

Padamu, kujatuhkan segala rasa
Mengais, mengecap segala apa yang kau jatuhkan padaku, termasuk senyum itu

Kemudian waktu berlalu
Tidak ada lagi bayang maupun nyatamu

Aku tidak bisa mengatakan, kembalillah
Seperti dulu ketika 'kita' masih baik-baik saja
Karena hanya dengan begitu,
Tidak akan ada tangis lagi disetiap malamnya

Kemudian waktu berlalu
Bersamaan dengannya datang padaku seorang candu

Aku bisa mengatakan, tinggallah
Berlama-lama denganku untuk memintal segala macam dunia yang baru
Karena hanya dengan begitu,
Aku merasa begitu dicinta

Selepasmu pergi, ku cari bahagiaku sendiri
Sampai ku bertemu pada rasa yang begitu berbeda dari rasamu
Begitu membahagiakan 
Sampai aku lupa kalau aku pernah terluka 

Aku telah menemukan apa yang aku cari 
Menemukan bagian dari diriku yang hilang 
Dan kau dapat memastikan bahwa aku baik-baik saja

Lantas kalau ku katakan aku ingin bertemu denganmu sekali lagi saja, 
bisakah kau penuhi?
Bukan karena aku merindumu 
Namun untuk memastikan bahwa kau maupun aku, 
telah memilih jalan yang benar 

Untuk saling melepaskan genggam

Friday, September 16, 2016

Di Batas Waktu



Diujung kemuning
tiada kata terucap
Hanya bening puing terserak
Sesudah sebelum
Binar bola mata menyendu
tiada bisa kau tanggalkan
Lalu setiap lirih deru angin
sepoi memanja air-air suci

Ya, aku akan pergi
Bersama anak-menganak kata rindu
Bersama buih-buih keping puzzle
milik kau dan aku
Bersama kepak-kepak genggam sendu

Lalu waktu kan menjarah antara
biru dan abu
Memenjara rasa
Memenjara asa
Memenjara kita dalam waktu
Entah pilu
Entah sendu
Entah mengabu

Kemudian tiada kata pula berayun manja 
Tanpa nada 
Irama
Pun senyum terakhirmu 

Dikemasnya segala ingatan, 
kau dan aku 


Saturday, September 10, 2016

Perpisahan dan Pertemuan

Aku ingin sedikit bercerita mengenai perpisahan.

Baru beberapa jam lalu ada sebuah pesan masuk di instagram, ku buka isi pesannya. Ternyata dari salah seorang sepupuku dari pihak Papa. Anisa namanya. Ia adalah sepupu yang memiliki umur tidak jauh berbeda denganku. Dulu kami sangat dekat. Selalu bermain, bercerita dan berbagi bersama. Kalau ada kesempatan, aku bersama mama dan papa berkunjung ke rumahnya untuk bermain bersama. Juga sebaliknya.

Lalu tadi, saat saling mengirim pesan, akhirnya kami bertukar kontak untuk saling berkomunikasi lagi. Sudah lama sekali sejak pertemuan terakhirku dengannya dan juga keluarga besar lainnya. Ingin sekali kembali ke masa lalu untuk bermain, menghabiskan waktu bersama.

Mengintip sedikit kehidupannya dengan sepupu-sepupuku yang lain, rasanya rindu itu kembali merasuk ke dalam dada. Menyeruak memintaku untuk membuka kenangan yang telah lama tersimpan. Mengenai masa kecil yang begitu memabukkan, bersama mereka.

Kemudian malam ini aku sadar, bahwa perpisahan antara kedua orang tua bisa memutuskan silaturahim di antara anggota keluarga besar. Tidak dapat berkontak lantaran saling menjaga perasaan, dan juga kecanggungan yang terjadi akibat konflik berkepanjangan yang melibatkan seluruh keluarga besar.

Malam ini aku sadar, bahwa benar adanya kalau waktu dapat menyembuhkan segala luka yang ada. Dengan seiringnya waktu, beberapa di antaranya lupa bahwa pernah ada peristiwa yang pada saat itu terasa tiada ujungnya.

Kami, yang pada saat itu hanya menjadi anak-anak terpaksa mengikuti alur kemana orang tua kami berjalan. Seperti anak ayam yang terus mengikuti induknya. Tanpa sempat saling menyapa atau pun bertukar kata.

Lalu ketika waktu berlalu kami telah tumbuh menjadi seseorang yang sedikit lebih dewasa. Memiliki jalan kehidupan sendiri, hasil dari keputusan-keputusan yang telah kami pilih dari masa lalu. Ketika waktu mempertemukan kami kembali, ingatan-ingatan kecil nan hangat muncul satu per satu. Kenangan yang masih sangat segar dalam ingatan.

Ya. Setiap perpisahan selalu memiliki dampak bagi setiap elemen yang terkait. Meski sempat ada cerita mengenai perpisahan, kalau Tuhan berkehandak lain maka akan ada saatnya pertemuan itu tercipta lagi. Pertemuan kesekian untuk cerita yang baru. Bukan lagi mengenai masa kecil yang begitu menggairahkan. Tetapi mengenai masa kini yang begitu kan dirindukan.

Monday, August 29, 2016

Menghitung Waktu

Dari senja hingga malam, kuhitung tiap detik kepergianmu
Berharap pagi cepat menghampiri
Kemudian ketika pagi datang, kuhitung tiap menit kedatanganmu
Berharap pelukan akan sampai kepada tempatnya

Tiap waktu yang berlalu selalu ku harap bahwa doa sampai padamu
Doa mengenai berhasilnya hal-hal baik yang kau upayakan
Doa megenai harapan-harapan yang kau bawa dalam langkah perjalanan

Aku menunggumu
Meski tiada pernah kau tau betapa menyiksanya sepi sendiri menanti kabar yang tak kunjung datang
Berharap kau baik-baik saja disana

Aku menunggumu
Meski tiada pernah terpikir olehmu bahwa merajut waktu dalam diam adalah sebuah kepenatan luar biasa yang berlalu dalam hariku

Bersyukurlah punya aku
Kalau kau mau, aku bisa menjadi rumah untuk segala luka yang telah kau bawa dari persimpangan jalan
Menjadi tempat berteduh dari segerumulan resah di dada
Menjadi segala yang kau harapkan

Karena rinduku bukan lagi mengenai kapan kau datang,
Namun rinduku kini ialah mengenai kapan kau pulang
Pulang ke dalam pelukan
Pulang dalam dekapan

Monday, August 22, 2016

Untuk Orang Paling Cantik Sedunia; Mama

Ada banyak hal yang telah kita lalui bersama. Suka-duka kehidupan yang telah membawa kita pada detik tidak berujung ini. Melewati malam-malam panjang, pun siang penuh dengan duka-lara. Aku masih seperti ini. Menyusahkan, menjadi beban mental dan juga beban materi. Ya, aku memang begitu. Begitu manja sampai lupa menengok betapa perih hidup yang telah kau jalani. 

Aku tau, ada begitu banyak celotehan yang kau dengar tentang aku. Bahwa aku begini, bahwa aku begitu. Mendengar cibiran mengenai kurangnya aku dalam banyak hal. Tapi mengapa harus kau dengar bulat-bulat apa yang mereka katakan? Tidakkah kau tau bahwa aku bukan seperti yang mereka bicarakan? Ya. Aku membela diri. Karena tidak pernah kau dengar kata yang ku ucapkan, maupun sikapku yang sulit sekali kau percayai.


Ma, aku tau begitu banyak luka yang telah kau dapatkan di kehidupan yang mengerikan ini. Aku tidak akan berpura-pura tau bagaimana rasanya. Tetapi aku dapat memahami bahwa luka selalu kan kau bawa sampai mati. Namun perihal mempercayai, tidakkah bisa percaya padaku? Aku tidak memiliki siapapun di dunia ini selain mama.

Mereka mungkin saja berkata begini dan begitu, tapi apakah mereka memberimu makan? Memberimu uang untuk sekedar makan siang? Tidak bukan? Lalu mengapa begitu kau dengar cibiran mereka mengenai aku?

Ya, kita memang begini. Terlalu sibuk, terlalu hanyut dalam dunia yang kita ciptakan sendiri. Aku terlalu terbuai sampai lupa bahwa aku punya wonder woman paling cantik sedunia. Wonder woman yang rela memberikan seluruh dunianya untukku. Wanita paling kuat yang pernah ada dalam kehidupanku, yang selalu mengajarkan bahwa meski hidup penuh luka hidup tetap harus berjalan ke depan. Mengajarkan ku banyak hal bahwa keterpurukan bukan sesuatu yang lantas membuat kita lupa bahwa hakikatnya manusia adalah terus berjalan. Kalau terjatuh, harus tetap bangun dan berjalan lagi. Memperbaiki yang telah ada atau membuka kesempatan untuk hidup yang baru.

Tidak ada yang dapat menggantikan posisi paling penting itu dalam kehidupanku. Meski aku memiliki ibu baru yang seratus kali lebih baik dalam memperlakukanku. Tidak ada yang setepat mama dalam mengajarkan ku banyak hal. Bukan melalui kata-kata lembut yang sering di lakukan ibu-ibu lain terhadap anaknya, namun melalui tindakan-tindakan nyata.

Dalam kehidupanmu mungkin aku adalah salah satu anak yang kau lahirkan kedunia ini, yang memiliki kenakalan tingkat akut hingga membuatmu sering naik darah. Seorang anak yang bahkan tidak dapat menjaga nama baik keluarga hanya karena sering pulang larut malam dengan di antar laki-laki yang notabene hanya sekedar "temannya".

Aku tidak akan membantah apapun. Perihal mempercayai, aku 
tidak bisa memaksakan pilihanmu untuk percaya pada siapa. Darimu aku belajar untuk bisa selalu menjaga diri. Selalu menjaga batasan dari apa yang di lakukan. Namun ma, aku hanya memiliki mama di dunia ini. Kalau bahkan kau (satu-satunya orang yang ku miliki di dunia ini), tidak bisa percaya pada apa yang aku lakukan, lantas kepercayaan siapa lagi yang harus ku dapatkan? 

Sunday, August 14, 2016

Surat; Untuk Si Pemegang Kalung Setengah Hati

Ku penuhi janjiku menulis surat untukmu.  Mungkin tak pernah kau sadari, bahwa hidupku sebelum hari ini, adalah hidup penuh perasaan bersalah, penuh luka, penuh duka sebab kehilanganmu. Aku tidak bisa menahan tangis, atau sendu tiap kali terbangun di tengah malam karena memimpikanmu. Mungin aku rindu. Pada senyum, atau rengkuhan hangatmu itu. Ada begitu banyak malam yang ku lalui sebelum hari ini, mengingat tiap detail hari yang pernah kita lalui bersama. Lalu aku menangis, meski dalam hati. Merindukanmu adalah luka paling indah yang pernah aku dapatkan. Tuhan menciptakanmu untuk mengajarkanku bahwa cinta tidak selalu berakhir manis. Ada akhir yang seperti kita juga. Maafkan aku melukaimu dengan sikap tak acuhku pada kehidupanmu yang sebenarnya selalu ku intip tiap waktu. Berharap kalau kau baik-baik saja. Maafkan aku, mengatakan ini melalui surat yang kelak kan kau baca.

Baru-baru ini kutemukan bahwa kau menemukan bahagiamu. Aku merindukanmu sekali lagi, waktu itu. Kau tau? Apa yang membuatku merasa bersyukur dari kebahagiaan yang kau miliki saat ini? Bahwa kau menemukan seseorang yang jauh melebihi aku, dalam memperlakukanmu. Membuatmu begitu berharga, menerima segala yang ada pada dirimu. Jujur saja, aku merasa lega...

Lega karena akhirnya kau menemukan bahagiamu. Dengan begitu kau tidak perlu merasa takut akan sepi, tidak perlu merasa takut akan sendiri. Sebab ada seseorang yang akan membelai tiap luka yang kau lalui dalam kehidupan. Lega akhirnya kau tidak perlu merasa takut terluka. Lega pada akhirnya aku bisa dengan yakin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja..

Perlu kukatakan, aku baik-baik saja. Ada seseorang yang akhirnya jatuh cinta padaku. Ia juga selalu menjadi kebahagianku, saat ini.

Jadi mari kita lepaskan luka yang selalu membekas tiap kali mengingatnya. Aku tidak tau, apa luka itu masih membekas untukmu? Luka sebab kehilangan, luka sebab ditinggalkan. Kuakui apa yang aku lakukan memang jahat untuk hidupmu. Tapi harus aku akui, hanya itu yang bisa kulakukan. Maafkan aku. Jadi mari lepaskan luka. Kelak kalau kau dan aku bertemu, mari bercerita mengenai kebahagiaan yang didapatkan. Mari berbincang mengenai kehidupan.

Selamat berbahagia. Kudoakan semua yang terbaik untukmu, selalu.
Sekali lagi, berbahagialah.. Kutunggu undangan dan kabar baik darimu.

-Dari aku, si penerima kalung setengah hati

Monday, August 8, 2016

Pengembara Malam

Hai, pengembara malam. Bertemu lagi diujung waktu. Mendekati jamnya bermanja-manja dengan kenangan yang telah kamu lalui hari ini, pun hari-hari lalu. Mungkin kamu-kamu sedang mendengarkan musik sambil menyesap kopi atau coklat panas, membaca sambil mengenang rindu-rindu yang tersimpan untuk dikenang diujung waktu. Atau mungkin kamu sedang berlenyeh-lenyeh ria, menikamati waktumu sambil membaca tulisanku, tersenyum-senyum mengingat bahwa aku dan kamu pernah melalui waktu, di masa lalu.

Tulisanku kali ini tidak untuk kudedikasikan untuk orang tertentu. Hanya saja, kali ini aku ingin menulis sambil membagi rinduku. Rindu pada sebagian memori yang telah berlalu.

Mengenai masa-masa kecil dengan mimpi yang begitu menggairahkan. Mengenai permainan-permainan yang tidak pernah absen ku ikuti di halaman depan rumah. Mengenai kamu-kamu yang pernah dan telah berbagi kebersamaan bersama. Mengenai pelajaran-pelajaran yang tidak bisa ku dapatkan, bahkan dari bangku sekolah maupun perkuliahan. Mengenai persahabatan, pun pengkhianatan. Mengenai jatuh cinta, pun putus cinta. Juga mengenai senja yang begitu menghangatkan.

Semua yang telah terlewatkan tak luput dari orang-orang yang Tuhan anugerahkan untuk memberikan pembelajaran dan juga kenangan. Di setiap yang terlewatkan selalu saja meninggalkan bekas, terasa maupun tidak, namun selalu ada rindu menemani bekas-bekas itu. Aku selalu bersyukur bahwa Tuhan memberiku jalan berliku, membiarkan aku merasakan begitu banyak perasaan hingga aku bisa menyadari bahwa aku juga bagian dari kehidupan yang Tuhan ciptakan. Bahwa aku ada, aku ada untuk menjadi bagian dari kehidupan orang lain. Bahwa aku ada, aku ada pada kenangan beberapa orang yang Tuhan hadirkan dalam kehidupanku.

Malam ini aku rindu, pada sebagian kenangan yang telah terlewat. Bertemu dan berpisah dengan seseorang adalah hal paling lumrah dari sebuah hubungan. Apapun jenisnya. Baru-baru ini, kenangan-kenangan indahku mulai bertambah. Itu karena aku bertemu seseorang yang dengannya aku bisa terus merasakan hangatnya senja. Melihat kemuning senja bersamanya adalah hal yang paling kusukai. Dengan begitu, ketika sore aku tak bersamanya, aku masih bisa melihatnya dengan jelas dalam ingatan, hanya dengan melihat kemuning senja.

Sekali lagi aku bersyukur, bahwa sekali lagi aku di ijinkan untuk meninggalkan jejakku pada orang lain. Yang dengannya kenangan begitu segar dalam ingatan. Yang dengannya aku yakin aku takkan begitu saja dilupakan.

Aku yakin, sangat yakin. Bahwa siapapun kamu yang membaca tulisanku malam ini, adalah orang-orang yang memiliki kenangan pun rindu didalamnya. Tidak perlu memikirkan luka yang selalu hadir dibalik rindu dan kenangan. Ia tak lebih dari luka yang perlu kau belai lembut dan penuh kasih. Dengan begitu kamu akan menikmatinya, bersama dengan rindu-rindu yang selalu kau simpan dalam malam.

Menangislah kalau kau ingin menangis, tertawalah, berteriaklah.
Tak masalah,
Selama akhirnya adalah kau merasa bahagia.
Karena menemukan kebahagiaan perlu melalui berbagai macam luka.
Kelak ketika menemukan bahagiamu, pastilah rindu dan lukamu bukanlah apa-apa selain pelajaran hidup.

Jadi bergegaslah,
berbagaialah,
hai pengembara malam ~

Thursday, August 4, 2016

Khayangan

Jalan lenggang tak bertuan
Mari jalan lihat temaram
Siluet-siluet indah bertebaran, memanggil ke pangkuan

Sudah, tinggalkan penat
Berpestalah dengan bintang
Ia kan ceritakan bahwa duka masih panjang
Pun kesenangan
Bukan hanya kau merasa dan alami badai digurun pasir khayangan
Aku, mereka selalu mengais-ngais pada Ia untuk Pulang kala badai datang
Meminta tempat berteduh barang waktu sepersekian

Kalau 'ku bilang mengerti, akankah kau mau berdansa dengan bintang?
Karena bukan kau saja, namun sebagian penduduk khayangan tau bahwa tidak ada jalan mudah untuk Pulang
Jadi nikmati saja malam-malam panjang
Bersama aku juga bintang

Lemah tak menjadikanmu lantas bisa merasa aman, tentram
Disini malah tak kau dapati ruang untuk meletakkan segala rindu
Begitu sepi
Begitu sendiri

Maka dari itu,
Ikutlah berpesta
Melihat semesta dengan segala macam rupa
Kalau kau takut,
aku pasti selalu ada
Untuk sekedar meneduhkanmu
Atau menjadi rumah bagi segala rindumu

Monday, August 1, 2016

Neraka


Api, namanya
Ia si arogan yang mengepul tiap kali kau senggol sumbunya
Tak pelak kau dibinasakan oleh dahaganya
Merenggut bait tiap bait yang kau pungut tiap hari
Kemudian kau mengais minta keluar dari peraduan
tempat kau mulai persenggolan dengannya

Bagaimana mungkin?
Ia si arogan
Merangkak pun kau akan dapati dirimu digerogoti oleh kesenangannya
Berlari pun kau akan dapati dirimu tenggelam dari pelukannya
Ia akan memelukmu mesra
Membelunggu tiap inci dari kulit yang membungkus tubuh indahmu
Lalu kau mau kemana?
Kalau tiada bisa keluar tanpa akal

Ah, bukan
Kau bisa keluar kalau tak memulainya
Kau bisa keluar kalau tak menyenggolnya
Kau bisa keluar kalau tak barada dalam peraduannya
Menangislah,
Menyesallah,
Kau tak bisa pungkiri bahwa Ia akan senantiasa membelenggumu
Memelukmu dalam gelap
dalam tangis



Friday, July 29, 2016

Cerita Masa Muda

Hallo Hollaaaaa 


Di hari jumat yang cerah ini gue mau bahas-bahas tentang sahabat gue yang di awal postingan pernah gue singgung. Sebenernya ngga penting sih yaa tapi entah kenapa ada rasa-rasa mau gibahin mereka di blog gue yang masih anyar ini. Hahaha (sorry guys ^^ )



Buat gue, sahabat itu bukan orang yang setiap 24/7/365 tuh harus ada terus nempel kemana-mana bareng, curhat bareng, sampe lupa sama kewajiban diri sendiri sebagai umat manusia di muka bumi ini. Buat gue, yang di labelin sebagai 'sahabat' adalah tempat gue pulang dari kehidupan yang suka meracuni jalan-jalan berliku gue setiap harinya. Yaa sebenernya kita semua pasti pulang kerumah lah yaa bukan ke 'sahabat'. Maksud dari pulang buat gue adalah ketika lu udah lelah sama kegiatan hidup yang begitu melelahkan, ketika udah ngga ngerasa normal kemudian menjadi normal dan menemukan diri lu sendiri ketika udah penat banget sama masalah yang udah dateng bertubi-tubi waktu kumpul bareng lagi sama mereka. Ketika udah ngga punya tujuan kemana lagi, lu tau arah mana yang kemudian harus dituju. Bukan berarti dateng dan kumpul bareng pas lagi susah dan ngerasa penat aja, tapi dengan bareng sama mereka lu tau, siapa diri lu sebenernya. 



Kebetulan, orang-orang yang rela menganggap gue sahabat itu ada empat orang. E-M-P-A-T. Iya, cuma empat orang yang bersedia menganggap gue sahabat. (Semoga mereka juga menganggap gue begitu ya huhu) 



Dari keempat orang itu pertama gue akan cerita tentang Louis terlebih dahulu. Karena awal kedekatan kita semua, kalau versi gue, adalah berawal dari Louis. Dia seorang anak laki-laki yang dulunya sering banget dihujat (sampe sekarang juga masih sering dihujat sih hahahaha) sama orang-orang entah karena apa. Namanya Louis Fernando, kelahiran 30 Agustus 1996, kuliah di Universitas Esa Unggul semester 5. Awal kenal sama bocah satu ini adalah karena dulu kita berdua satu kelas di SMAN 84 Jakarta. Waktu awal pertama 'ngeh gue sekelas sama dia adalah ketika papasan di salah satu minimarket deket rumah. Kita berdua lagi sama-sama beli perlengkapan MOS. Bedanya dia pergi sama maminya dan gue hanya sendiri. Iyaa sendiri guys hiks. Pas udah sampe kasir dia ngeliatin gue, dan mau ngga mau gue juga ngeliat dia, dan akhirnya, 

Gue : "Eh anak 84 kan yaa? Sekelas kan?" 
Louis : dengan mata berbinar-binar.. "Iya anak 84, sekelas kok. Kok bisa disni?" 
Gue : "Iya rumahnya di deket sini. Emang rumah lu dimana?" 
Louis : "Rumah gue di Duta Bandara." 
Gue : "Oh.. iya iya. Beli perlengkapan juga?" 
Louis : "Iya nih sama mami." 
Gue : "Oh hai tante.." 


Kemudian percakapan berhenti karena udah harus bayar dikasir. Hahaha. Itu adalah percakapan pertama gue sama Louis yang menurut gue adalah takdir. Karena setalah itu di sekolah kita sapa-sapaan, ngobrol. Tapi pada saat itu gue sama dia belum deket kayak sekarang. Kedekatan kita berdua berawal dari ikutnya salah satu organisasi yang sama, Paskibra. Mulai dari situ kita mulai tambah sering ngobrol, bercanda, diskusi, dan hal-hal lainnya yang kemudian pada akhirnya gue tau, ternyata dia menaruh hati sama gue *ciyeee haha. Udah berapa kali ya dia nembak gue? Yaaah tapi maaf yaa, kita sahabatan aja :') Sekarang kita berdua nyamanan sahabatan kok. Iya kan wis? Hmm 

Kita berdua berprinsip kalau jodoh ngga akan kemana, jadi jalanin aja kehidupan yang sekarang. (Iya kan wis iya? Yasudaahhhh bahas yang lain!). Dari keempat sahabat gue, gue lebih sering menggila bareng sama dia. Meskipun banyak orang lain ngehujat dia macem-macem, ngebully dia, mikir negatif terus ke dia, gue sama sekali ngga peduli karena gue tau orang kayak apa si Louis ini. Mungkin dibandingkan orang tuanya, gue yang lebih kenal. Hahaha. Dulu banyak banget yang hujat dia karena dia gendut, tapi sekarang dia bertransformasi menjadi orang yang jauh lebih baik, lebih keceh, lebih baday. Meskipun sekarang banyak juga yang ngehujat dia, bilang dia operasi plastik, sedot lemak, dan lain-lain, tapi yang sesungguhnya adalah dia emang mengaplikasikan ilmu yang dia dapet di tempat kuliahnya, ke kehidupan nyata. Fyi, doi anak Ilmu Gizi Esa Unggul. Emang sifat nyebelinnya masih ada sih, -btw, dari kelima sahabat gue, dia adalah orang paling nyebelin dan ngeselin. Paling suka baper tapi anaknya paling tulus- tapi ngga senyebelin dulu untungnya. Fyuuuhh kau sudah banyak berubah bung. I am proud of you! :) 


Kemudian ada Mufidah Nur Azizah, sahabat gue yang paling deket juga sama gue. Awal kenal dia, karena dulu sempet satu kelas dan satu organisasi, sama kayak gue sama Louis. Gue sama dia punya golongan darah yang sama dan juga sifat yang ngga jauh beda. Hampir sama tapi yaa ngga sama kesemuanya lah yaa. Kelahiran Jakarta, 28 Desember 1996, yang sekarang kuliah di Universitas Gunadarma. Oh iya dia punya nama panggilan, Upit. Agak jauh sih dari namanya tapi yasudahlah. Upit ini dulu waktu awal kenal, bener-bener ngeselin. Gue mikirnya ini anak jutek banget. Percakapan pertama gue sama dia waktu itu tentang tipe-x. Bukan tipe-x grup band loh yaa, tapi tipe-x yang buat menutupi kesalahan itu loh. Hmm. Waktu itu gue mau minjem tipe-x ke temen di depan bangku gue, Putri namanya. Dia bilang ngga punya terus nyuruh gue buat minjem ke Upit. Akhirnya gue tanya, "Mufidah, punya tipe-x ngga? Pinjem dong.", ketika gue ngomong begitu dia cuma tengok sedikit terus ngasih tipe-x tanpa basa-basi, tanpa senyuman, dan tanpa embel-embel lain. Nengok ngeliat muka gue juga engga. Hffffftttttt. Kemudian akhirnya gue tau, dia dulunya anak Pesantren yang kemudian masuk ke SMA Negeri di Jakarta. Sekarang pun akhirnya gue tau, dulu dia begitu karena memang dia malu dengan orang baru. Kesannya jadi kaya jutek gitu. Hmm. Dulu kemudian bisa jadi deket banget karena gue, Upit, sama Louis ikut organisasi yang sama. Percakapan-percakapan kita dulu adalah percakapan berat yang kita diskusiin bareng-bareng, pada akhirnya percakapan kita berubah haluan menjadi percakapan-percakapan lebih personal dan lebih... gibahan. Kalo masalah gibah semuanya pasti  berawal dari Louis sih haha. Kita jadi sering curhat, ke kantin bareng, main di luar bareng, main bareng. Gue ngerasa Upit adalah orang paling realistis dan paling -ngga punya perasaan- kalo misal nasehatin orang. Tapi lebih baik begitu sih, soalnya dengan kejujuran dan fakta-fakta yang ada malah lebih ngebuka pikiran gue kalo misal ada beberapa langkah gue yang salah. Dari keempat sahabat gue, gue sama dia paling sering berantem. Udah banyak banget drama yang kita buat dan kita laluin, tapi pada akhirnya kita bareng-bareng lagi. Ibaratnya, dia adalah orang yang paling tau, sifat jelek dan sifat baik gue. Pokoknya sayang sama Upit deh {} 



Laluuuuuuuu adaaa Muhammad Maftuh Ihsan, sahabat gue paling freak tapi baiknya minta ampun. Eh, baik banget ngga sih puh? Laki-laki kedua setelah Louis yang ada dalam lingkaran gue. Dia yang paling muda tapi dia yang paling pinter kayaknya. Eh, iya ngga sih puh? Hmm. Dia tuh muda banget tau ngga sih?! Kelahiran Jakarta, 05 April 1998. Pokoknya dia paling muda tapi pemikirannya, penampilannya udah kayak seangkatan sama gue. Kita emang seangkatan sih, cuma umurnya aja yang lebih muda. Kenal sama Maftuh awalnya dari Louis. Ya kita dulu satu kelas juga di kelas 10. Dia sahabatnya Louis dulu, karena gue sama Louis deket jadi sama maftuh juga deket. Dia orangnya paling ngga banyak omong kalo lagi ngumpul, nyumbang cerita kalo ditanya aja, kalo ngga ditanya ngga akan mau cerita. Maftuh kuliah di Universitas Negeri Jakarta, jurusan Matematika Semester 5. Semenjak SMA si Louis sering ngajak main ke rumahnya Maftuh, akhirnya kenal sama keluarganya. Jadi sebenernya dari SMA seringnya main di rumah Upit kalau ngga ya Maftuh. Cuma emang lebih seringnya dirumah Maftuh sih, entah kenapa enak aja buat main. Kalau main ke rumah maftuh pasti uminya ngebeliin minum atau makanan. Baik banget :') Iyasih uminya mapuh udah kayak umi sendiri sih. Kalo ketemu suka curhat (ini sih kalo kebetulan si Louis sama Maftuh beli makan keluar). Gue sbenernya bingun sih mau certain apa tentang Mapuh, selain jadi langganan gue minta anime, langganan numpang duduk bareng sama Upit, Louis. Tapi gue akuin, semenjak kuliah dia udah mulai banyak berubah sih. Jadi lebih tinggi, lebih bersih, lebih dewasa, lebih banyak omong, dan udah bisa ngelucu. Pokoknya gitu deh. Puh? Intinya maftuh emang cowok paling baik :) 



Terakhir nih, si ibu Liana Armisa. Jujur aja, sama Liana ini gue ngga terlalu deket. Maksudnya ngga sedeket sama upit atau Louis. Liana deketnya sama Upit yang kalo lagi bareng pasti curhatin cowo yang ngga kelar-kelar, atau ngga cerita soal K-Pop. Fyi, gue, Liana, sama Upit ini suka sama K-Pop. Cuma kalo yang paling fangril banget itu pasti Upit sama Liana. Soalnya gue cuma suka Dramanya. Lagu, Boyband, sama Girlbadnnya tuh minim banget pengetahuannya. Liana 5 Agustus 1996 yang sekarang lagi kuliah di Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah. Liana anak paling rajin, paling positif, paling baik dari yang pernah gue kenal. Sebenernya dia ngga boleh main pulang malem, tapi kalo udah main.. ya begitulah haha. Dulu sama Liana juga sekelas di kelas 10, terus juga satu organisasi Paskib juga, cuma baru deket yaa sekarang-sekarang ini. Li, sebenernya gue mau banget ceritain lu, tapi maafin yaa. Gue ngga punya banyak informasi dan kenangan berdua sama lu li :') Nanti kalo udah lebih deket lagi, nanti gue buat tulisan khusus lu ya li :')




Intinya, dari sekian banyak orang yang gue kenal, yang benar-benar dekat sama gue, mengenal baik gue orang yang seperti apa, adalah orang-orang yang gue ceritain diatas. Udah banyak hal yang kita laluin bareng dari mulai seneng bareng, berdrama karena satu atau dua hal, ketika kita lagi susah yang selalu ngasih saran tanpa embel-embel lain selain untuk kebaikan. Dari yang dulu main bisa kapan aja sampe sekarang mau main atau ngumpul bareng harus nyesuain jadwal. Dari yang dulu cupu banget sampe kayak kita yang sekarang. Kalau dipikir-pikir udah banyak perubahan yang kita lewatin, but we are still together. Hamdallah {} 



Kalau ditanya apa hal yang ngebuat gue bertahan, bersyukur, dan juga ngerasa bahagia, jawabannya adalah memiliki kalian. Bertemu kalian adalah takdir, dan kalau memang suatu saat berpisah, gue juga akan memercayai kalau perpisahan itu juga adalah takdir. 



"Setiap pertemuan, kebetulan, itu pasti udah direncanain sama Allah. Bahkan untuk hal terkecil sekalipun" -Upit 

"Termasuk bertemu dengan kalian pit, itu pasti takdir

Thursday, July 28, 2016

Malam

Dalam malam-malam panjang,
kau kan temukan bintang temaram
Menembus, menikam jantungmu
Membisukan bibirmu yang kelu

Tak pelak kau ucap,
sedu sedan itu
Melumpuhkan tiap saraf beku
Lantas ku kecup inci demi inci,
mengalirkan gairah yang kian bergemuruh

Ah,
malam memang panjang
Tiada bisa kau tahan dengan lembut jemariku
Membelai luka-luka yang kau bawa pulang

Tidak,
tidak usah kau tahan
Temaram bintang kan kau temukan dipersimpangan malam
Dua bola mataku pun bisa menjadi rumah untukmu singgah
Mengelu-elukan barisan ketiadaan fikir yang memabukkan

Disitulah kau rengkuh hangat tubuh hingga malam berganti fajar
Membuyarkan lukamu yang nanar
Menggantikannya dengan surga yang kau temukan pada bintang temaram
Lalu kau kembali pada tiap malam
Pada bintang
Pada temaram

Friday, July 22, 2016

Hujan dan Senja

Diantara hujan dan senja, bagian mana yang paling kamu sukai? Aku keduanya. Karena semenjak bertemu dengannya aku bisa merasakan hangat juga indahnya kemuning senja. Juga bisa merasakan hangat di dalam rintik-rintik hujan. Ada mata yang menatap dengan teduh ketika kemuning senja tiba, ada pelukan yang juga menghangatkan ketika hujan datang.
.
.
.
Ada bagian-bagian dimana aku merasakan hidup. Tidak memerlukan topeng atau menutupi 'aku' yang sebenarnya. Cukup menjadi aku tanpa baju zirah, tanpa embel-embel gengsi dan sebaginya. Cukup menjadi aku. Orang bilang, seseorang harus pergi dari orang yang paling buruk agar tidak terjangkit keburukannya. Seperti penyakit menular, seseorang harus pergi agar tidak tertular. Orang bilang, tidak ada kesempatan kedua dari sebuah kesalahan yang sudah pernah terjadi. Bisa saja kesalahan tersebut akan terulang di masa depan ketika ada kesempatan.
Ya, orang bilang begini dan begitu. Aku pun 'sempat' berpikir begitu. Namun ketika ku pikir sekali lagi, bahkan orang-orang yang terjangkit penyakit menular sekalipun memiliki hak untuk terus hidup. Berhak mendapatkan kesempatan untuk kembali pulih. Tidak seorang pun mau terus merasa sakit dan terbuang. Tidak ada.
Bagi orang-orang itu, yang dibutuhkan adalah kesempatan untuk melakukan yang terbaik untuk terlepas dari penyakitnya, yang dibutuhkan adalah kepercayaan untuk terus mau berlaku baik untuk menghapus segala 'katanya'. Buatku, asalkan bisa merasakan hangatnya senja sore hari bersamanya, aku akan memberikan kesempatan kepadanya untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik kedepannya.
.
.
.
Seperti hujan, ia terus saja berjatuhan. Menurunkan rintik-rintik yang tiada pernah tau berapa banyak jumlahnya. Ia memang terus saja berjatuhan, namun kau pasti tau berapa banyak manfaat yang ia tinggalkan. Seperti kesalahan, ia selalu datang juga untuk memberikan pelajaran.

Ya, "Every person make mistakes, and life must go on."

First

Tangerang, 22 Juli 2016 

Sebetulnya, masih bingung banget mau menulis tentang apa. Karena ini pertama kalinya gue nulis di blog. Biasanya semua tulisan gue, ya gue simpen sendiri aja. Buat konsumsi pribadi. Karena gue ngga terlalu effort untuk menulis di dunia maya. Hari ini baru mulai memberanikan diri, karena ada seseorang yang -jujur aja- mendorong dan memotivasi gue untuk nge-blog meskipun rasanya udah ketinggalan banget. 


Mungkin untuk pertama gue akan memperkenalkan diri gue. Seorang mahasiswi tingkat II disebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Jakarta, yang sebetulnya ngga punya banyak hobi. Sama seperti kebanyakan anak lain di seusia gue, suka menghabiskan waktu dengan bersenang-senang, sambil mempelajari banyak hal. Ya bisa dibilang 'sambil menyelam minum air' lah. 


Sebenernya ada banyak banget yang mau gue ceritain, kayak misalnya sahabat-sahabat gue (upit, louis, maftuh, liana), sama seseorang yang sudah memotivasi gue untuk mulai nge-blog.
Tapi karena ini baru permulaan, dan ini bener-bener baru coba banget, jadi yasudah ya. Gue akhiri dulu postingan pertama gue yang ngga penting ini.
See you soon! ^^

Your Twinflame

Mungkin, pada saatnya nanti ketika kau mengetahui bahwa jalanku bukan lagi ke arahmu, kau akan menangis dengan kencang. Memaki jalan hidupmu...